Basmalah



”Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
BUKAN SEKADAR NASIHAT.



عَلِْمَ اَنَّكَ لآتَقْبَلُ النُّصْحَ اْلصُجَرَّدَ فَذَ وَّ قَكَ مِنْ ذَوَا فِهَـا مَـا يُسَـهِّـلُ عَلَيْكَ وُجُوْدَ فِرَا قِهَـا .

”Allah Ta'ala Yang Maha Mengetahui, sesungguhnya engkau tidak akan menerima nasihat yang bersifat mujarrad (teoritis), maka Allah Ta'ala mencobakan rasa kepadamu, agar mudah bagi kamu meninggalkannya.”

Nasihat yang sebenarnya adalah nasihat yang mudah dirasakan dengan perasaan dan diterima dengan mudah. Nasihat seperti ini ibarat orang memberikan untuk kita gula-gula yang apabila kita masukkan ke dalam mulut kita langsung dapat dirasakan manisnya. Seperti itulah nasihat yang baik. Akan tetapi nasihat yang baik tidak hanya dapat dirasakan manisnya, sering pula orang merasakan pahitnya. Karena tidak semuanya barang yang pahit itu tidak enak dirasakan. Meskipun demikian umumnya manusia lebih suka yang manis daripada yang pahit.

Memang memberi nasihat agama itu tidak hanya sekadar nasihat. Sebab nasihat tidak lain adalah pelajaran, bahkan ilmu. Pelajaran yang berupa nasihat memang harus enak didengar dan mudah difahami dan dicerna oleh orang yang mendengarkan. Nasihat itu bisa pula kurang sedap didengar di telinga kita, atau pahit dirasakan di hati kita. Semuanya tergantung siapa yang mendengar nasihat itu. Atau kepada siapa nasihat itu disampaikan.

Nasihat itu bisa pahit didengar apabila masuk ke dalam hati orang yang sering berbuat maksiat. Apalagi nasihat itu ditujukan kepadanya. Memang pahit, karena kebiasaan yang sering dikerjakan sulit untuk ditinggalkan, tetapi perlu didengar.

Orang yang memberi nasihat pun kadang-kadang berat memikul tugas sebagai juru nasihat, apabila ia harus menyembunyikan kebenaran yang wajib disampaikan. Bagi juru nasihat, Mubaligh atau Da'i, menyampaikan kebenaran itu wajib, walaupun harus berhadapan dengan orang-orang yang terkena nasihat. Menegur dan mencegah manusia yang suka berbuat maksiat memang pahit dan berat. Lebih pahit dan lebih berat lagi apabila tidak disampaikan. Oleh karena itulah maka Nabi Muhammad Saw. mengingatkan: Qulil Haqqa Walau Kana Murran. (Ucapkanlah yang benar itu walaupun rasanya pahit).

Agama Islam adalah agama nasihat, agama yang suka menyampaikan pelajaran yang benar, dan berguna untuk manusia dan juga pimpinan-pimpinan atau orang yang bertanggung jawab dalam masyarakat. Nabi Saw. menjelaskan: Addin An Nasihah Lil Aim Matil Muslimin (Agama itu nasihat bagi seluruh umat Muslimin).

Ajaran Islam sebagai nasihat, tidak semata-mata nasihat, akan tetapi dengan cara yang bijaksana, dan mau'izatil hasanah (ajakan yang baik). Kalau sampai bertukar pikiran harus pula dengan hikmah bijaksana.

Jadi, cara memberi nasihat, walaupun pahit disampaikan dan pahit diterima, hendaklah pula dengan hikmah, mau'izah hasanah, dan dengan hati yang ihsan.

  • Bijaksana cara mengucapkan dan cara menyampaikan.
  • Mengandung pelajaran yang baik dan manfaat.
  • Ihsan, menunjukkan sikap dan akhlak mulia.


🙏

"Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Tuhannya. Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung." Dan katakanlah (Muhammad), Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik." (QS. Al-Mu'minun: Ayat 117-118).