BERAMAL AGAR TERMASYHUR.

اِدْفِنْ وُجُوْدَكَ فِىْ اَرْضِ اْلخُمُوْلِ فَمَانَبَتَ مِمَّـالَمْ يُدْفَنْ لاَ يَتِمُّ نَتَـا حِبُـهُ.
”Tanamlah wujud dirinya pada tanah yang dalam, karena tidak akan tumbuh suatu tanaman pun, apabila ia tidak ditanam.”
Syekh Ahmad 'Ataillah mengingatkan, ”Tidak ada amal perbuatan yang lebih berbahaya dari keinginan beramal agar termasyhur. Karena perbuatan itu walaupun demi untuk kebaikan namamu, akan tetapi bertolak sebagai amal yang ikhlas. Keinginan agar terkenal sebagai ahli ibadah, apalagi diikuti dengan kehendak lain yang bukan ibadah, akan membawa si hamba menjadi angkuh dan lupa diri. Karena disaat tertentu musuh manusia yang bernama iblis akan mudah masuk ke dalam hati anak Adam yang kelak dapat menghancurkan diri dan imannya. Memilih kemasyhuran melalui amal ibadah sangat bertentangan dengan tujuan ibadah itu sendiri.
Beramal ibadah hanya untuk mencari kemasyhuran, ibarat menanam di tanah yang dalam, tidak akan menumbuhkan hasil yang baik, karena akan mudah goyah dan roboh. Ibrahim bin Adham mengingatkan pula bahwasanya perbuatan ingin kemasyhuran melalui ibadah, adalah terlalu mencintai dunia dan kedudukan. Abu Ayyub Al Baktiyani mengingatkan, bahwasanya Allah tidak membenarkan seorang berlaku demikian, kecuali ia merahasiakan dan tidak menyiarkan amal ibadahnya.
Seseorang telah mengatakan bahwa seorang sufi yang bernama Basyar Ibnu Haris mewasiatkan kepadaku: Janganlah keinginanmu untuk dikenal akan menghilangkan nilai agamamu, dan karenanya tidak akan menerima kemanisan di akhirat.
Sesungguhnya keinginan agar terkenal dengan cara ibadah kepada Allah adalah perbuatan yang kerdil dan kotor, karena orang seperti ini jelas-jelas tidak mengenal dirinya sebagai hamba Allah. Sebab, seorang hamba yang mengenal dirinya, maka seharusnya ia tawadhu', tidak memamerkan kelebihan ibadahnya. Sebab dengan tawadhu' itu akan mampu membersihkan dirinya, dan mengangkat ke maqam yang tinggi, serta mendapatkan kecintaan yang sebenar-benarnya.
Keinginan untuk dikenal sebagai ahli ibadah telah membuat cacatnya ibadah, dan rusaknya amal. Nabi Isa as. bertanya kepada sahabat-sahabatnya, ”Di mana biji itu tumbuh? ” Sahabat-sahabatnya menjawab, ”Di bumi.” Nabi Isa pun menjelaskan pula bahwasanya hikmah tidak akan tumbuh melainkan di kedalaman hati, seperti kedalaman bumi. Biji yang akan tumbuh menjadi batang dan buah lahir dari tempat yang orang lain tidak tahu keberadaannya, tersembunyi dibalik bumi, akan tetapi ia memberi manfaat kepada manusia dan alam sekitarnya tanpa mengatakan apa-apa tentang pertumbuhannya itu. Nabi Muhammad Saw., mengingatkan bahwasanya ibadah shalat dan lainnya yang paling mulia dan indah ialah melakukannya dengan sempurna dan orang lain tidak mengetahuinya. Ibadah yang dirahasiakan adanya.
Banyak kisah-kisah sahabat dan para waliyullah yang menceritakan kebesaran jiwa dan keagungan martabat ibadah mereka yang tidak suka amal ibadahnya di pamerkan, atau dirinya dikenal orang sebagai ahli ibadah. Berusaha menghindarkan diri dari kemasyhuran duniawi yang rendah. Ia lebih mengkhususkan dirinya dalam ibadah yang tersembunyi serta meninggalkan keramaian duniawi yang bisa merusak amal ibadah dan merendahkan martabatnya di hadapan Allah Swt.
Pengalaman dan penghayatan rohani yang suci menghendaki seorang hamba dalam ibadah lebih mengutamakan mencari ridha Allah dari ridha manusia. Keabadian yang sesungguhnya dan kenikmatan ibadah yang sebenarnya berada dalam keheningan. Jauh dari hiruk-pikuk yang akan membuat ibadah menjadi rusak. Cara yang paling baik untuk menghilangkan rasa riya' karena ingin kemasyhuran diri dari seorang hamba, ialah dengan menanamkan rasa tawadhu' dan rasa malu di dalam hatinya berhadapan dengan Allah Swt. Pamer amal tidak hanya merusak keimanan, akan tetapi mencemari hati manusia dengan bercak-bercak hitam, yang kelak akan menutupi seluruh permukaan hatinya. Akibat lainnya, ialah lahirnya rasa angkuh yang merendahkan jiwa. Nabi Saw, bersabda:
”Barangsiapa yang berendah diri, maka Allah Swt. akan mengangkatnya kepada martabat kemuliaan. Barangsiapa berlaku angkuh maka Allah Ta'ala akan merendahkan martabatnya. Sesungguhnya Allah Ta'ala suka kepada orang takwa lagi suka menyamarkan dirinya dari ketenaran dunia. Orang-orang ini kalau tak tampak dan pernah dicari, kalau mereka hadir tidak dikenal. Hati mereka bagaikan lampu yang selalu menunjukkan arah.