Basmalah



”Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
MENGENAL DAN MENCINTAI ALLAH.



مَنْ عَرَفَ اْلحَقَّ شَهِدَهُ فِىْ شَىْءٍ وَمَنْ فَنَى بِهِ غَابَ عَنْ كُلِّ شَىْءٍ وَمَنْ اَحَبَّهُ لَمْ يُؤْشِرْ عَلَيْهِ شَيْــًٔا .

”Siapa yang mengenal Allah pasti akan menyaksikan-Nya. Siapa yang fana dengan Allah pasti gaib dari segala sesuatu, dan siapa yang mencintai Allah, tidak mengutamakan apapun selain Allah.”

Yang dimaksud mengenal Allah, tidak lain mengingat dan melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT. Siapa yang menjalankan perintah dan meninggalkan larangan, berarti ia telah mendekati Allah (taqarrub kepada Allah). Siapa yang taqarrub dengan Allah berarti ia telah mengenal Allah. Dan siapa yang telah mengenal Allah, maka sesungguhnya ia telah menyaksikan kebesaran Allah dengan mata batin dan mata lahirnya. Ia telah menyaksikan semua ciptaan Allah yang cosmis maupun yang cosmos . Mengenal Allah melalui ciptaan-Nya, serta memikirkan kejadian langit dan bumi serta benda-benda alam yang terdapat di dalamnya. Mengenal diri sendiri sebagai ciptaan Allah yang sangat unik.

Sedangkan orang yang tidak mengenal Allah (fana), tentu ia tidak mengenal segala sesuatu yang berkaitan dengan wujud Allah, berarti ia tidak mengenal segala sesuatu yang berkaitan dengan wujud Allah, berarti ia tidak mengenal maujud (ciptaan) Allah. Ia tidak dapat petunjuk.

Untuk mengenal Allah secara lahir maupun secara batin. Ia tidak mengenal Allah dengan sesungguhnya, tertutup (gaib) karena ia tidak mempergunakan anugerah Allah yang ada padanya, seperti hati yang akan menimbulkan perasaan halus dan menumbuhkan iman. Akal pikiran yang akan mempertimbangkan dan menganalisa, semua yang dapat dilihat oleh mata. Penglihatan yang bersumber pada mata seharusnya mampu mengenal alam semesta dengan segala ciptaan-Nya. Proses alam semesta yang dapat memberi bukti adanya Allah SWT. sebagai Pencipta seharusnya akan membangkitkan perasaan iman dengan pertimbangan akal melalui sebab dan akibat dari ciptaan alam semesta. Pergantian malam dan siang, pergantian musim, angin yang berhembus hujan yang turun, kobaran api yang membakar, air bah dan arus gelombang samudera, dan banyak sekali proses alam yang mampu menunjukkan adanya Allah SWT. Ciptaan Allah di alam semesta ini tidak menutup mata hati dan mata kepala hamba Allah, apabila dipergunakan untuk mengenal-Nya.

Manusia yang telah mengenal Allah dari ciptaan-Nya di alam semesta ini, akan terus mendekatkan dirinya kepada Allah dan menempatkan Allah sebagai satu-satunya sesembahan. Ia sangat yakin, bahwasanya anugerah dan nikmat yang telah diterima dan dinikmatinya adalah pemberian Allah yang yang sangat banyak dan besar. Dengan karunia Allah yang besar itu ia melangkah dalam kehidupan dunia ini, dapat melaksanakan tugas-tugas hidup, mendapatkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal di bawah kolong langit ini adalah karena kasih sayang Allah, lalu tumbuh rasa cinta yang mendekatkan dirinya kepada-Nya.

Hamba yang sudah makrifatnya ke tingkat mahabah (kecintaan dari orang yang mencintai), maka segala sesuatu yang dimilikinya, atau disayanginya tidak ada yang melebihi cintanya kepada Allah. Segala sesuatu yang melekat pada dirinya, bukan penghalang baginya untuk melaksanakan ibadah, berhadapan dengan Allah yang dicintainya.

Kalimat dari ayat Al-Quran yang selalu dibaca dalam doa iftitah menunjukkan bahwa segala yang melekat pada manusia dalam hidupnya hanyalah dipersembahkan kepada Allah Pencipta alam semesta.

INNAS SALATI WANUSUKI WA MAHYAYA WA MAMATI LILLAHIRABBIL ALAMIN (Sesungguhnya salat, ibadah, hidup, dan matiku, adalah untuk Allah, Tuhan Pemelihara alam semesta).

Mencintai Allah Ta'ala dan Rasulullah Muhammad Saw. tidak hanya mengetahui adanya agama Islam sebagai Wahyu Allah kepada Nabi Muhammad Saw. saja, atau hanya sekadar mempelajari agama Islam dan memahaminya secara ilmiah saja. Cara ini adalah sebagian saja dari cara mencintai Allah dan rasul-Nya.

Agama Islam dan seluruh ajarannya adalah Kalamullah (kalimat Allah) yang dijadikan pedoman hidup umat manusia. Seluruhnya adalah Wahyu suci untuk keselamatan dan kesejahteraan manusia dan dunia. Kalam Allah ini barulah berarti dan berfungsi bagi manusia apabila menjadi satu dalam kehidupan lahir dan batin manusia, sudah tentu carinya adalah dengan mengamalkannya secara utuh dan bersih. Dijadikan pakaian dan hiasan hidup sehari-hari, maupun dalam sikap dan tingkah laku hidup.

Allah SWT. mengingatkan kita dalam Al Qur'an bagaimana seharusnya mencintai Allah dan rasul-Nya:

”Jika benar-benar kamu mencintai Allah, ikutilah sunnahku, tentu Allah pun akan mencintai, dan mengampuni kesalahanmu, karena Allah Ta'ala Maha Pemberi ampunan dan Maha Mengasihi.” Katakanlah, taatilah Allah dan Rasul, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang ingkar.” (QS. Ali Imran: 31-32)

🙏