CAHAYA AHLI HIKMAH.

تَسْــبِقُّ اَنْوَارُ اْلحُكَـمَـاءِ اَقْوَا لَهُمْ فَحَيْثُ صَارَ التَّنْوِيْرُ وَصَلَ التَّعْبِيْرُ.
”Pancaran cahaya Hukama' (ahli hikmah), selalu mendahului ucapan-ucapan mereka, sehingga apabila cahaya itu telah sampai, maka sampai pula tutur kata mereka.”
Al Hukamah' adalah orang arif billah (makrifat yang tinggi tentang Allah Ta'ala). Ia berpengetahuan, dan memberi cahaya dengan kemakrifatannya. Makrifatnya menimbulkan cahaya yang menunjukkan kekuasaan Allah menyertai mereka dalam penyerahan yang bulat. Segala yang diucapkan oleh ahli Hikmah adalah pemberian Allah yang menyambung pikiran mereka dengan hidayah Allah. Sehingga setiap nasihat dan tutur kata mereka diterima dengan jelas oleh manusia dengan hati terbuka.
Nasihat dan tutur kata sang Hukama', terlebih dahulu berlangsung melalui cahaya hati nurani, lalu ditangkap oleh pikiran dan hati manusia melalui ucapan yang didengarnya dari tutur kata sang Hutama'. Dimisalkan cahaya nurani ahli Hikmah ibarat pupuk yang menyemai jiwa orang yang diberi nasihat, yang diibaratkan lahan yang gersang, lalu terkena siraman air hujan dari tutur kata ahli Hikmah.
Luqman Hakim (seorang ahli Hikmah) yang namanya tertera abadi dalam Al Qur'an, berkata, ”Sesungguhnya Allah Ta'ala menghidupkan hati yang telah mati dengan cahaya hikmah ahli hikmah, sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang telah mati dengan siraman hujan dari langit.”
Allah Swt. telah mengatur sesuai dengan iradah-Nya, sehingga kalimat yang diucapkan sang Hukama', adalah kehendak dan izin Allah jua.
Rasulullah Saw. bersabda, ”Pokok dari semua hikmah adalah takut kepada Allah, sedang khauf itu adalah buahnya ilmu billah.” Allah Swt. berfirman dalam surat Al Fatir ayat 28, ”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.”
Kedudukan ulama dalam masyarakat ibarat cahaya yang menuntun seseorang yang berada di malam gelap gulita. Cahaya itu adalah nurul'ilm (cahaya ilmu) yang dimiliki ulama, yang mampu mengarahkan manusia dan mengeluarkan dari kegelapan jiwa ke arah terang benderang. Allah Swt. menugaskan para ulama menjadi lampu bagi manusia dan alam semesta.
Nabi Muhammad Saw. mengingatkan tentang cahaya kalbu: ”Tidaklah cukup bagiku langit dan bumi-Ku, akan tetapi yang cukup bagi-Ku adalah hati nurani hamba-Ku yang beriman.”