MEMINTA TETAPNYA WARID.

لَا تَطْلُبَنَّ بَقَاءَ اْلوَارِدَاتِ بَعْدَ اَنْ بَسَطَتْ اَنْوَارَهَا عَلَيْكََ وَاَوْدَ عَتْ اسـرَارَهَا فَلَكَ فِى اَللّٰهِ غِنًى عَنْ كُلِّ شىْءٍ وَلَيْسَ يُغْنِيْكَ عَنْهُ شَىْءٌ.
"Jangan kalian memohonsia agar warid itu tetap denganmu, setelah kalian merasa cahayanya, dan mendapati rahasia - rahasianya. Cukuplah Allah untukmu, karena kalian tidak memerlukan sesuatu yang lain, sebab tidak ada sesuatu yang mencukupimu selain Allah."
Manusia boleh saja menikmati warid sebagai karunia Allah yang besar. Akan tetapi jangan merasa terikat dengan karunia itu. Manusia adalah hamba Allah, maka kepada Allah-lah manusia mengikatkan diri. Sebaik-baik sandaran manusia adalah Allah SWT. Apabila manusia terikat dengan warid yang ada padanya, dan mengharap agar warid itu tetap bersamanya, atau merasa resah bila kehilangan warid, maka orang tersebut masih dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala karena manusia yang dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala akan merasa tenang hatinya dan damai jiwanya.
Cukuplah Allah bersama kita. Tidak ada yang lebih baik dari Allah. Walau anugerah Allah sekalipun. Sebab anugerah dan nikmat datangnya dari Allah.
Mencukupkan Allah dalam hidup adalah lebih baik dari merasakan ada lagi yang lain tempat berharap dalam hidup.
Sesuatu yang besar dalam hidup manusia apabila ia tidak terpengaruh dengan sesuatu yang lain. Apabila sesuatu yang lain masih mampu mempengaruhi kita, adalah suatu alamat jiwa kita belum stabil, hati kita mudah goncang. Semua ibadah dan anugerah tidak lagi bermakna. Ruhani manusia menjadi goyah dan jasmaninya menjadi rapuh.
Syekh Ahmad Ataillah mengingatkan:
اِلٰى بَقَاءِ غَيْرِهِ دَلِيْلٌ عَلَى عَدَمِ وُجْدَانِكَ لَهُ ْوَاسْتِيْحَا شُكَ لِفُقْدَتتنِ مَاسِوَاهُ دَلِيْلٌ عَلٰى عَدَمِ وُصْلَتِكَ بِهِ.
"Keinginanmu agar tetapnya sesuatu selain Allah, adalah bukti bahwa kamu belum berjumpa dengan Allah. Dan kerisauanmu karena kehilangan sesuatu selain Allah, adalah alamat belum sampainya kamu kepada Allah."
Sampainya manusia kepada Allah itu adalah melalui amal ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan rida. Apabila hal ini telah dilakukan, itulah tanda bahwa manusia telah sampai kepada Tuhannya. Akan tetapi, apabila manusia masih juga terikat dengan serba aneka hidup dunia yang melalaikan dirinya mendekati Allah, maka berarti ia belum sampai kepada Tuhannya
Sebab antara mendekati Tuhan dan rasa kehilangan duniawi adalah dua sisi yang tidak dapat dipertemukan.