Basmalah



”Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
DUNIA ADALAH BANGUNAN KROPOS.



وَاِنَّهُ لَا بُدَّ لِبِنَـاءِ هٰـذَا اْلوُجُدِ اَنْ تَنْهَـدِمَ دَعَاءِمُهُ وَاَنْ تُسْلَبَ كَـرَاءِمُهُ .

"Sesungguhnya bangunan wujud (dunia) ini, akan rusak binasa sendi-sendinya, dan akan musnah semua kemuliaan (kebesarannya)."

Itulah dunia, tidak kekal, karena memang sifatnya fana. Kefanaan dunia ini nampak pada sifat-sifatnya, yakni sementara dan cepat rusak, membosankan, kalau tidak suka dibuang, menjadi barang yang tidak berharga, akhirnya tidak disukai lagi dan menjadi tidak berharga lagi. Itulah dunia. Semua yang ada di dalam alam ini adalah barang tontonan datang lalu pergi, disukai lalu dibenci.

Pandanglah kefanaan diri kita sendiri. Masa bayi menjadi masa anak-anak dalam proses perubahan terus menerus lalu menjadi manusia sempurna jasmani dan ruhaninya. Lalu memasuki masa tua, sekujur tubuh kita pun mengalami perubahan. Rambut menjadi putih, kulit menjadi keriput, mata menjadi rabun, gigi menjadi ompong, tubuh yang dulunya kokoh menjadi lemah, dan selanjutnya kita pun musnah dari muka bumi ini dengan kematian. Tidak ada seorang pun yang abadi tinggal di muka bumi ini.

Seluruh makhluk akan mengalami kemusnahannya. Karena memang sifatnya fana. Pepohonan, segala tumbuhan, hewan dan semua margasatwa sifatnya fana, akan mengalami kemusnahan.

Kemudian manusia dan kejayaannya juga bersifat fana. Tidak ada satu kemuliaan pun di dunia ini yang tetap. Hari ini, kita melihat orang berpangkat dengan jabatan kebesarannya. Sampai waktunya ia harus menanggalkan pangkatnya, meninggalkan kebesaran dan kemuliaannya. Hari ini kita melihat orang yang dianggap hina, miskin dan lain sebagainya, dengan keuletan dan keterampilan serta taqarrub-nya kepada Allah, ia menjadi orang terhormat dengan kekayaan yang berlimpah. Karena memang tidak ada yang tetap.

Tidak ada yang kekal di muka bumi ini. Oleh karena itu, seutama-utamanya manusia ialah orang yang memilih kekekalan daripada kefanaan. Memilih yang abadi daripada yang musnah.

Syekh Ahmad Ataillah menerangkan:

فَاْلعَاقِلُ مَنْ كَـانَ بِمَا هْوَاَبْقٰى اَفْرَحُ مِنْهُ بِمَـاهُوَ يَفْنٰى قَدْ اَشْرَقَ نُوْرُهُ وَظَهَـرَتْ تَبَـا شِـيْرُهُ .

"Orang yang berakal adalah orang yang memilih kepada yang baqa daripada benda yang fana. Karena sungguh telah terang cahaya hatinya dan telah tampak wajah yang berseri."

Hanya orang yang berakal saja yang lebih mengutamakan keabadian dari kefanaan. Karena keabadian itulah asal segala kehidupan dan dengan keabadian itulah manusia ingin mencapai kebahagiaan sejati. Keabadian adalah kesejatian. Seperti difirmankan Allah SWT. dalam surat Ar-Rahman ayat 27-28, "Tiap orang padanya kefanaan. Yang kekal adalah wajah Tuhan-mu yang Maha Agung lagi Maha Mulia."

Manusia berakal tidak menempatkan dunia ini sebagai sesuatu yang mengikat dirinya. Ia mengambil dunia hanya sekedar untuk menunjang ibadah dan amal. Demikian juga, walaupun dunia itu terasa nikmat dan disukai, namun ia tetap bukan sesuatu yang kekal. Seperti dikatakan oleh Sahl bin Abdullah, "Siapa yang senang pada sesuatu yang tidak layak disenangi, maka ia telah mendatangkan kesusahan yang tak habis-habisnya."

Dunia bukan tempat yang harus dipeluk erat-erat, ia adalah rumah kontrak sementara. Manusia akan menemukan rumah yang abadi, darul khusus, darul akhirat yang tidak akan ditinggalkan dan tidak akan meninggalkannya Syeikh Ataillah berkata:

فَصَرَفَ عَنْ هٰذِهِ الدَّارِ مُغْضِييًا وَاعْرَضَ عَنْهَا مُوَلِّيًا فَلَمْ يَتَّخِذَ هَاوَطَنًا وَلَاجَعَلَهَـا سَكَـنًـا .

"Dia memalingkan muka dari dunia ini dengan memejamkan mata dan menjauhkan diri darinya, lalu diletakkan dunia itu di belakangnya. Ia tidak menganggapnya sebagai tanah air, dan tidak menjadikannya sebagai tempat tinggal."

بَلْ اَنْهَضَ اْلهِمَّةَ فِيْهَـااِلَى اللّٰهِ تَعَلٰى وَسَـارَفِيْهَا مُسْتَعِيْنًا بِهِ فِى اْلقُدُوْمِ عَلَيْهِ .

"Bahkan ia terus membangkitkan semangat ingin segera sampai kepala Allah, dan terus berjalan menuju kepada-Nya agar segera sampai kepada-Nya."

Untuk sampai kepada Allah, manusia memerlukan alat yang dapat membawa hamba Allah itu kepada-Nya. Tentunya hanya dengan berbekal ibadah dan amal saleh orang akan sampai kepada Allah. Namun demikian semuanya dikembalikan kepada karunia Allah jua adanya. Muhammad Al-Jariry mengatakan, "Tiada satu amal ibadah pun yang akan menyampaikan manusia kepada Allah, melainkan dengan izin Allah. Siapa yang berpikir amal ibadahnya akan membawa dia secara mutlak menemui Allah, maka ia telah sesat dari jalan yang benar."

Hanya dengan rahmat dan karunia Allah sajalah manusia akan memperoleh kebahagiaan melepaskan dunia ini, dan hanya dengan karunia dan inayah Allah jugalah manusia dapat berjumpa dengan Khalik Pencipta alam semesta ini. Namun demikian, Allah tetap memberikan harapan kepada hamba-hamba-Nya untuk sampai kepada Allah SWT. Syekh Ataillah menjelaskan pula:

فَمَازَالَتْ مَظِيَّةُ عَزْمِهِ لَا يَقَرُّ قَرَارُهَادَاءِـمًا تَـيَـارُهَا اِلٰى اَنْ اَنَاخَتْ بِحَضْـرَةِ اْلقُـدْسِ وَبسَـاطِ اْلأُنْسِ مَحَـلِّ اْلمُقَاتَحَـةِ وَاْلمُوَاجَهَـةِ وَاْلمُجَا لَسَـةِ وَاْلمُحَـادَثَةِ وَاْلمُشَاهَرَةِ وَاْلمُطَالَعَـةِ فَصَـارَتِ اْلحَضْرَةُ مُعَشَّشَ قُلُوْبِهِـمْ اِلَيْهَـا يَأْوُوْنَ وَفِيْهَا يَسْـكُنُوْنَ .

"Senantiasa semangat hamba Allah itu terus berjalan tidak berhenti, hingga ia tiba dan berhenti di sisi Allah, di atas hamparan kebahagiaan, tempat ia bermunajat dan bertatap muka, tempat saling duduk bercengkrama. Di tempat itu ia bermusyahadah, tempat ia menelaah. Di situ Allah Ta'ala menjadi tumpuan hati mereka. Di sisi Allah itulah menjadi tempat kembali mereka dari tempat mereka tinggal."

Bagi hamba Allah yang tekun beribadah dan beramal saleh, perjalanannya menuju Allah akan terus dihidupkan dengan semangat yang tidak pernah padam. Perjalanan dengan kendaraan iman dengan roda-roda dari ibadah dan amal saleh itu terus berputar mendaki dan menurun di atas bukit dan lembah kehidupan yang bernama dunia. Terus tergulir dengan hammah yang ditempa iman hingga sampai ke hadapan Allah SWT. yang menanti dan menerima hamba yang datang dengan ikhlas hati untuk menerima keridaan Allah ﷻ. Di sisi Allah keridaan dan karunia-Nya mereka terima.

Syekh Ahmad Ataillah mengingatkan:

فإِذَا نَزَلُوْا اِلَى سَمَـاۤءِ اْلحُقُوْقِ اَوْاَرْضِ اْلحُظُوْظِ فَبِاْلإِذْنِ وَالتَّمكِينِ وَالتَّمْكِيْنِ وَالرُّسُوْخِ فِى اْليَقِـنِ فَلَمْ يَنْزِلُوْ اِلَى اْلحُقُوْقِ بِسُـوْءِ اْلأَدَبِ وَاْلغَفْلَةِ وَلَا اِلَى اْلحُظُوْظِ بِالشَّهْوَةِ وَاْلمُتْعَـةِ بَلْ دَ خَلُوْا فِى ذٰلِكَ بِاللّٰهِ وَلِلّٰهِ وَمِنَ اللّٰهِ وَاِلَى اللّٰهِ .

"Apabila mereka telah di langit, atau mereka turun ke bumi, semuanya dengan izin Allah, dengan keyakinan yang kokoh. Mereka selalu menunaikan kewajiban dengan adab dan kesopanan, dan karena dan karena lupa, serta mereka tidak mengikuti panggilan hawa nafsu, dorongan nafsu syahwat atau kepentingan duniawi. Akan tetapi mereka masuk ke tempat yang mulia itu adalah dengan inayah dan kasih sayang Allah, dan mendapat keridaan Allah. Tetap berpegang dengan tuntutan Allah serta mengharapkan semata-mata hidayah dan taufik-Nya."

Yang selalu dicari oleh hamba yang saleh tidak lain dari rida Allah. Mengharapkan agar Allah memasukkannya bersama orang-orang salihin, sadiqin dan sahidin. Seperti bunyi do'a orang-orang saleh.

وَقُلْ رَّبِّ اَدْ خِلْـنِىْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَاَخْرِجْنِىْ مُخْرَجَ صِدْقٍ لِيَكُوْنَ نَظَرِىْ اِلٰى حَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ اِذَا اَدْخَلْتَنِىْ وَاسْتِسْلَامِى وَانْقِيَـادِىْ اِلَيْكَ اِذَا اَخْرَجْتَنِىْ . صِدْقٍصِدْقٍ .

Dan katakalah, wahai Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara yang baik, dan keluarkan aku dengan cara yang baik pula, agar pandanganku tetap pada kekuasaan dan kekuatan-Mu, ketika Engkau memasukkan aku, demikian juga penyerahan jiwa raga dan ketetapan hanya kepada-Mu, di saat Engkau mengeluarkan aku."

وَاجْعَلْ لِىْ مِنْ لَدُنْكَ سُـلْطَانًْا نَصِيْرًا يَنصُرُنِىْ وَيَنْصُبِىْ وَلَا وَيَنّصُرُ عَلَىَّ يَنْصُرُنِىْ عَلٰى شُهُوْدِ نَفْسِىْ وَيُفْنِيْنِىْ عَنْ دَاءِرَةِ حِسِّىْ .

"Dan jadikanlah untukku dari sisi-Mu kekuasaan penolong yang akan menolongku, dan menolong kawan-kawanku, dan bukan penolong nafsu dan musuh - musuhku, menolongku agar mampu mengetahui kelemahan diriku dan nafsuku, dan menghilangkan, perasaan yang terkungkung dalam jiwaku."

🙏