AGAR SAMPAI KEPADA ALLAH.

”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

لَوْاَنَّكَ لآتَصِــلُ اِلَــيْــهِ اِلاَّ بَعْــدَ فَــنَـاءِ مُسَــاوِيْكَ وَمَحْوِدَعَا وِيْكَ لَمْ تَصِــلْ اِلَيْــهِ اَبَــدًا ، وَلٰکِــنْ اِذَا اَرَادَ اَنْ يُوَصِّــلَكَ اِلَيْــهِ غَطَّى وَصْــفَكَ بِوَصفِــهِ وَنَعْتَكَ بِــنَعْـتِـهِ فَوَصَّــلَكَ اِلَيْــهِ بِمَـا مِـنْــهُ اِلَيــكَ لآ بِمَــا مِـنْكَ اِلَيْــهِ .
”Agar engkau tidak bertemu dengan Allah, sebelum engkau menghapuskan dosa dan kotoran syirik yang melekat pada dirimu, tentulah engkau tidak mungkin sampai kepada_Nya selamanya. Akan tetapi apabila Allah Ta'ala menghendaki agar engkau dapat berjumpa dengan_Nya, maka Allah akan menutupi sifat-sifatmu dengan sifat-sifat Kemahasucian_Nya. Allah Ta'ala menerima engkau dengan apa yang Dia (Allah) karuniakan kepadamu, bukan karena amal perbuatanmu sendiri yang engkau hadapkan kepada_Nya.”
Wusul, artinya sampai. Maksudnya sampainya (diterimanya) amal ibadah seorang hamba ke hadapan Allah Ta'ala. Kehendak seorang hamba untuk mendekati Allah dan sampai semua amal ibadahnya kepada Allah Ta'ala dengan syarat apabila ia telah dapat menyingkirkan sifat-sifat hawa nafsu manusianya dari dalam diri dan jiwanya. Ia telah mampu meninggalkan sifat syirik dan kemaksiatan diri dari dalam hidupnya. Walaupun diketahui ketergantungan manusia pada sifat-sifat jeleknya sudah menjadi tabiat yang sukar dilepaskan, tanpa kesungguhan untuk meninggalkannya. Karena kemampuan manusia itu terbatas, maka ia memerlukan bantuan Allah Swt. Adapun pertolongan Allah itu akan diterimanya apabila berusaha dan berjihad sepenuh iman yang ada di dalam jiwanya.
Sedangkan pertolongan Allah itu sendiri adalah benar-benar suatu pertolongan yang berasal dari pemberian Allah semata, pemberian karena Allah mengasihani hamba_Nya, maka Allah Ta'ala menutup atau menanggalkan dari diri si hamba dari sifat manusianya dengan sifat-sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Telah berkata Abul Abbas Al Mursy, seperti dijelaskan pula oleh Abu Hasan Asy Syadzily, ”Seorang Waliyullah tidak akan sampai kepada Allah, apabila ia sampai terikat dengan syahwat dan urusan-urusan hidup dirinya. Oleh karena itu, jikalau Allah membiarkan saja hamba_Nya terikat dengan urusan duniawinya, maka ia tidak akan sampai kepada Allah selama. Apabila Allah Ta'ala berkehendak memberi karunia kepada hamba_Nya agar segera sampai kepada_Nya, sehingga tanggallah dari dirinya keterikatan duniawinya. Dengan kodrat Allah si hamba pun sampai kepada Allah karena selalu tunduk kepada keputusan Allah semata.”
Nabi Muhammad Saw. bersabda dalam hadits Qudsi kurang lebih demikian, ”Hamba-hamba_Ku akan selalu dekat dengan_Ku apabila ia suka mengerjakan amalan-amalan sunat, sehingga menumbuhkan kecintaan_Ku. Jikalau Aku mencintainya, maka apa yang ia dengar, itu adalah pendengaran_Ku, apabila ia melihat, maka itulah penglihatan_Ku, apabila ia berjalan dengan kakinya maka itu juga perjalanan_Ku.”