BUKAN POHONNYA TAPI BUAHNYA.

لَا تُزَكًِيْنَ وَارِدًا لَا تَعْلَمُ ثَمَرَتَهُ فَلَيْسَ اْلمُرَادُ مِنَ السَّحَابَةِ اْلأَمْطَارَ وَاِنَّمَـااْلمُرَادُ مِنْهَـا وُجُوْدَ اْلأَثْمَـارِ .
”Janganlah kamu merasa bangga dengan warid yang tidak engkau ketahui buahnya, karena tiadalah yang diharapkan dari awan bukan sekedar hujan, akan tetapi yang diharapkan adalah wujudnya buah pepohonan.”
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pengertian al warid sebagai anugerah Allah untuk menguatkan batin orang makrifat. Walaupun seorang hamba telah mendapat anugerah warid dari Allah SWT, tidak perlu ia berbangga diri, karena tidaklah ada artinya apabila warid itu tidak mendatangkan hasil, sedangkan hasil diperoleh dari amal. Ibarat pohon yang dapat berdiri kokoh, dengan dengan daunnya yang rimbun akan tetapi tidak menghasilkan buah. Adapun buah dari al warid ketenangan hati dan ketentraman jiwa, yang kelak akan melahirkan kedamaian dalam kehidupan masyarakat.
Buah dari al warid itu akan menghidupkan amalan ibadah, serta ketekunan melaksanakan ibadah lahir dan ibadah batin. Demikian juga melahirkan amalan-amalan yang berkaitan dengan syiar-syiar islam.
Amal ibadah yang berbuah adalah ibarat hujan yang turun dari awan, jatuh ke atas bumi lalu tumbuhlah beraneka macam jenis pepohonan. Barulah pohon itu memberi arti bagi manusia apabila pohon itu menumbuhkan buah-buahnya.
Buah bagi ibadah salat adalah ketenteraman hati dan mampu mencegah hal-hal yang keji dan munkar. Buah bagi ibadah puasa mampu menahan hawa nafsu dan mengendalikan keinginan yang melahirkan kebersamaan dalam hidup dan penyantun bagi sesama. Buah dari dzikir adalah memberi dorongan bagi jiwa untuk beramal ibadah dan cinta kepada Allah dan sesama manusia. Demikian juga ibadah-ibadah lainnya, barulah berarti apabila telah melahirkan buah yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.
Al Warid, dapat diumpamakan pohon yang tegak berdiri kokoh dan tinggi besar, seperti dijelaskan dalam al-quran, surat Ibrahim ayat 24-26, "Apakah engkau tidak melihat, bagaimana Allah Ta'ala membuat perumpamaan tentang kalimat yang baik, ibarat pohon yang baik, akarnya tertancap kokoh (di bumi), dan puncak serta cabang-cabangnya menjulang tinggi ke langit, pohon itu menghasilkan buah-buahan pada setiap musim dengan seizin Tuhan. Adapun perumpamaan dari kalimat yang buruk adalah bagaikan pohon buruk yang tumbang dari muka bumi, ia tidak mempunyai keseimbangan."
Itulah perumpamaan, dan itulah ibarat, bagi para hamba Allah yang dianugerahi Allah dengan al warid, karunia yang berhubungan dan berbuah.