ILMU YANG BERMANFAAT.

اَلْعلْمُ النَّافِعُ هُوَالَّذِىْ يَنْبَسِطُ فِى الصَّدْرِ شُعَـاعُهُ وَيَنْكَشِفُ بِهِ عَنِ اْلقَلْبِ قِنَـاعُهُ.
"Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang memancarkan cahaya di dalam dada, dan menyingkap katubnya hati."
Ilmu pengetahuan perlu dipelajari, hukumnya wajib 'ain bagi setiap muslimin dan muslimat. Ilmu ibarat nur Ilahi yang ditanam di dalam hati orang beriman. Nur Ilahi itu menumbuhkan rasa himmah dalam dada orang beriman lalu menggetarkan sehingga katub ilmu itu terbuka, menyebar ke seluruh jiwa manusia, lalu menyebar ke tengah masyarakat.
Ilmu harus dapat membentuk diri orang berilmu dengan akhlak dan jiwa mulia, dapat membentuk anggota masyarakat sesuai dengan tuntunan Ilahi, dan mampu mengokohkan Islam di tengah-tengah masyarakat. Itulah yang disebut ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat dapat mengantar manusia untuk mengenal Allah dengan baik, berkomunikasi dengan Maha Pencipta dengan segala sifat-sifat kesempurnaanNya. Mengamalkan ibadah-ibadah wajib dan sunnat sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad ﷺ.
Mempelajari lalu mengamalkan ilmu akidah dan syari'ah sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan Sunnah Nabi ﷺ, lalu menampakkan diri sebagai hamba Allah yang patuh pada perintah dan laranganNya. Nabi Daud as. mengatakan, "Ilmu di dalam dada manusia bagaikan lampu di dalam rumah." Imam Anas bin Malik mengingatkan, "Ilmu itu bukan sekadar kepandaian, atau banyak meriwayatkan hadits Nabi ﷺ. akan tetapi ia merupakan nur yang bercahaya dalam hati. Sedangkan manfaat ilmu itu akan mendekatkan manusia kepada Allah Ta'ala, serta menjauhkannya dari kesombongan."
Ilmu yang bermanfaat itu akan menjadi amal yang tidak habis-habisnya di sisi Allah SWT. Ia akan menjadi benteng bagi diri pemilik ilmu dari serangan orang-orang yang ingkar dan menjadi lumbung pahala ketika menghadap Allah SWT. Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Apabila anak Adam itu meninggal, putuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya." Tiga perkara ini juga disebut amal jariah.
Ilmu yang bermanfaat itu bukan untuk dibanggakan, atau dipertontonkan sebagai bangunan yang kosong. Ilmu hendaklah membangun rasa cinta dan takut kepada Allah Rabbul 'Alamin. Syekh Ataillah menegaskan hal ini:
خَيْرُاْلعِـلْمِ مَاكَانَتِ اْلخشْيَةُ مَعَهُ .
"Sebaik-baik ilmu, apabila menumbuhkan rasa takut kepada Allah SWT."
Yang dimaksud rasa takut, adalah mengamalkan ilmu yang dianugerahkan Allah itu untuk memperhambakan diri kepada-Nya sebagai ciri-ciri orang berilmu. Ilmu menjadi pendorong dan penguat jiwa untuk makin dekat kepada Allah melebihi orang yang tidak berilmu. Sifat orang alim adalah memiliki khasyiah yang tinggi terhadap Allah. Ia mencintai Allah melebihi segala-galanya, bahkan dirinya sendiri. Allah SWT. berfirman dalam Al Qur'anul Karim surat Al Fatir ayat 28.
وَمِنَ النَّاسِ وَا لدَّوَآ بِّ وَا لْاَنْعَا مِ مُخْتَلِفٌ اَ لْوَا نُهٗ كَذٰلِكَ ۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰٓ ؤُا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ .
"Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."
(QS. Fatir: Ayat 28)
Kedudukan orang berilmu di tengah masyarakat, terutama Ulama, ibarat lampu yang menerangi alam sekitarnya. Atau ibarat pohon rindang yang lebat, dengan kembang dan buahnya dalam sebuah kebun. Manusia yang mendatangi pohon itu dapat berlindung di bawahnya, menikmati wanginya bunga yang semerbak baunya, dan merasakan pula buah pohon yang telah masak lezat rasanya.
Menuntut ilmu wajib 'ain, karena ilmu adalah benteng dalam jiwa manusia untuk mempertahankan diri, dan membedakan antara yang halal dan haram. Orang yang menuntut ilmu, ia tidak kuatir, karena ia yakin akan janji dan kasih sayang Allah seperti sabda Rasulullah ﷺ, "Orang yang menuntut ilmu itu rezekinya telah dijamin oleh Allah Ta'ala." Dalam keterangan lain, "Sesungguhnya para Malaikat menebarkan sayapnya bagi orang yang sedang menuntut ilmu."
Martabat orang berilmu dijamin oleh Allah pada derajat-derajat tertentu, asal saja ilmu yang dimilikinya bermanfaat bagi agama dan manusia, Al Junaidy mengatakan bahwa, ilmu yang bermanfaat mampu menunjukkan manusia menuju Allah dan menjauhkan dari hawa nafsu serta mencegah dari maksiat.
Allah SWT. berfirman dalam Al Qur'an surat Al Mujadilah ayat 11, "Allah SWT. akan mengangkat orang-orang beriman di antara kamu serta orang-orang berilmu dengan beberapa derajat."
Sedangkan menuntut ilmu, tidak hanya untuk anak sekolah, setiap muslim wajib menuntut ilmu dengan tidak memandang usia. Sepanjang hidup manusia diwajibkan oleh Allah Ta'ala terus menerus mencari ilmu pengetahuan, seperti diisyaratkan Nabi ﷺ "Carilah ilmu pengetahuan itu sejak sejak kamu masih dalam buaian ibumu, hingga kalian kembali ke liang lahat." Mengapa demikian? Rasulullah ﷺ bersabda, "Al 'Ilmul Hayatul Islam Wal 'Imaduddin (Ilmu itu tanda hidupnya Islam dan tiang agama)."
Ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat dan memiliki jiwa, apabila ilmu itu berhiaskan nilai-nilai agama, dan rasa takut kepada Allah Maha Pencipta, Syekh Ataillah mengatakan:
اَِلْعِلْمُ اِنْ فَارَنَتْهُ اْلخَشْـيَةُ فَلَكَ وَاِلَّا فَعَلَيْكَ .
"Ilmu yang disertai rasa khasyiah kepada Allah, itulah ilmu yang menguntungkan. Kalau tidak demikian, maka ilmu itu akan membahayakan kamu."
Dalam suatu hadits, Nabi ﷺ bersabda, "Siapa yang bepergian mencari ilmu, maka Allah Ta'ala akan memudahkan baginya jalan ke surga." (HR. Muslim). Rasulullah mengingatkan, "Apabila setiap hari tidak satu ilmu pun yang aku peroleh, yang akan mendekati aku dengan Allah, berarti hari itu terbitnya matahari tidak membawa berkah bagiku."
Seorang Hukama' berkata, "Ilmu itu lebih berharga daripada harta, karena ilmu dapat menjaga dirimu, sedangkan hartamu dirimulah yang menjaganya."