KEINGINAN TANPA PERUBAHAN.

کَــيْفَ تَخْرُقُ لَكَ العَوَاءِدَ وَاَنْتَ لَمْ تَخرُقْ مِنْ نَفْسِــكَ اْلعَوَاءِدَ
”Bagaimana kalian menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal kalian sendiri tidak merubah kebiasaan diri sendiri.”
Kejadian luar biasa yang dialami oleh hamba Allah yang tinggi tingkat makrifatnya (harqul 'awaid) sehingga sesuatu kehendak terbuka dan mudah. Kejadian luar biasa itu termasuk suatu kekeramatan yang dialami oleh hamba yang telah tinggi makrifatnya dalam bermacam-macam bentuk yang sifatnya luar biasa. Ia dapat menempuh perjalanan yang jauh dalam tempo yang sangat singkat. Ia dapat mengetahui dan mendengar suatu pembicaraan melebihi jarak pendengaran manusia, ia dapat menghubungkan beberapa peristiwa dengan peristiwa lainnya untuk menyelamatkan masyarakat. Si hamba yang harqul 'awaid ini dapat memindahkan beban berat tak terpikulkan oleh manusia biasa.
Semua ini dapat dilakukan karena dekatnya dengan Allah Ta'ala dan terkabulnya doa dan harapannya kepada Allah. Taqarrubnya seseorang kepada Allah Ta'ala, keutuhan ibadahnya yang wajib dan yang sunah, terpelihara lidah dan hati dari perilaku yang menodai ibadah dan dirinya, terjaga mata dan pendengarannya dari penglihatan dan pendengaran yang mengandung maksiat dan mengganggu ke-khusyu'annya berhadapan dengan Allah Ta'ala, terhindarnya ia dari dosa besar dan dosa kecil yang dapat menodai setiap langkah hidupnya sebagai hamba makrifat.
Di samping itu ia tidak terikat dengan kehidupan dunia, walaupun terlibat dengan urusan duniawi, karena kekuatan makrifatnya selalu mengingatkan dan menyelamatkan dirinya.
Ia tetap mendahulukan Allah dari kehidupan dunia yang fana, karena ia telah memilih yang baqa' dari yang fana. Harapannya kepada Allah dan dzikirnya selalu membasahi bibir dan lidahnya, dan do'anya senantiasa berkumandang menembus lapisan awan lalu masuk menembus lapisan langit menghadap ke hadirat Allah Swt.
Bagaimana seorang ingin mendekati Allah Swt., padahal ia tidak berusaha beribadah dan beramal untuk mendapatkan jalan yang akan membawanya kepada Allah. Bagaimana ia mengatakan dirinya dekat dengan Allah, padahal tidak ada yang dikerjakannya, yang akan membawanya kepada Allah Ta'ala.