RUH AMAL ITU ADALAH IKHLAS.

تَنَوَّعَتْ اَجْنَـاسُ اْلأَعْـمَـالِ تَنَوُّعِ وَارِدَاتِ اْلأَحْوَالِ اَلْأَعْـمَـالُ صُوَرٌ قَاءَمَـةٌ وَاَرْوَا حُهَـاوُجُوْدُ سِرِّ اْلإِخْلَا صِ فِيْهَّا .
”Ada beraneka ragam jenis amal menurut situasi dan kondisi yang masuk ke dalam hati manusia. Kerangkanya adalah perbuatan yang jelas, sedangkan ruhnya adalah ikhlas.”
Tanda dari semua kemakrifatan dan sifat al ikhsan kepada Allah tidak lain adalah tekun dan rajin beribadah. Itu semua dilaksanakan menurut kehendak dan niat tiap hamba. Memperbanyak amal ibadah juga menurut kemauan dan kemampuan hamba itu sendiri-sendiri. Ada yang bagus shalatnya, ada yang bagus puasanya, ada yang bagus wiridnya, adapula yang bagus sedekah dan infaknya. Di samping itu ada pula yang tekun membaca Al Qur'an dan memahami artinya, adapula yang tekun mempelajari ilmu.
Amal ibadah itu terikat dengan niat seseorang, dan ia berlaku sesuai dengan niat pula. Hasil dari suatu amal ibadah ditentukan oleh bagaimana seseorang menempatkan niat dalam hatinya ketika ia beramal ibadah.
Amal ibadah yang kuat tegaknya dan kokoh ikatannya dengan iman ialah dilaksanakan oleh hati yang ikhlas. Karena ikhlas adalah roh amal, dan amal itu menunjukkan tegak iman.
Ikhlas beramal menunjukkan bagaimana seorang hamba menyatakan dirinya di hadapan Allah ketika beribadah. Serta menghidupkan ikhlas sebagai salah satu syarat dalam beramal. Amal ibadah yang ikhlas ialah dengan melaksanakan semata-mata karena Allah belaka. Beribadah karena Allah dan memohon pertolongan hanya kepada_Nya.
Dalam Al Qur'an disebutkan, ”Kami tidak menyembah kecuali kepada_Mu, dan kami tidak menyekutukan Engkau dalam ibadah kami.” Pernyataan ibadah yang ikhlas ini menjadi syarat diterimanya ibadah seorang hamba.
Adapun lawan dari ikhlas itu riya' yang bersifat khafi (ringan) atau jelas-jelas berbuat riya' berat. Sedang sifat riya' akan merusak iman, karena termasuk sifat syirik walaupun ringan. Riya' umumnya melakukan amal ibadah dengan rasa bangga diri dan angkuh. Suka mempertontonkan amal untuk mencari puji sanjungan manusia.
Ikhlas yang tidak disertai dengan sifat riya', semata-mata hanya karena Allah.
Amal dalam ikhlas itu ada dua cara,
Pertama, beramal karena Allah, tidak ada sandaran amal selain karena Allah Ta'ala belaka. Inilah sifat ahli ibadah.
Kedua, beribadah atas kehendak Allah sesuai dengan tata tertibnya dan peraturan Allah, ini adalah sifat hamba Allah.
Imam Abi Qasim Al Qusyairy menerangkan dua kedudukan ini dengan penjelasan bahwasanya hal ini menunjukkan dua kedudukan yang saling menjelaskan di antara keduanya. Kedua hal sebenarnya tidak saling bertentangan, karena yang pertama adalah raganya ibadah, berupa hukum, dan kedua adalah jiwanya ibadah, berwujud ikhlas.