ANTARA SUNAH DAN WAJIB

مِنْ عَلَى مَاتِ اتِّبَاعِ اْلهَوَى اْلمُسَـارَ عَةُ اِلٰى نَوَافِلِ اْلخَيْرَاتِ وَالتَّكَاسُلِ عَنِ اْلقِيَامِ بِاْلوَاجِبَـاتِ .
”Di antara tanda-tanda orang yang mengikuti kemauan hawa nafsunya, ia sangat aktif mengerjakan amalan sunnah, akan tetapi malas mengerjakan amalan wajib.”
Tanda-tanda di atas umumnya dikerjakan oleh orang yang mengikuti panggilan hawa nafsunya. Ia sangat aktif mengerjakan yang sunnah, dan rajin mengumpulkan amalan sunnat itu sepanjang hari. Akan tetapi ibadah wajib mereka terbengkalai. Kadang-kadang lupa mengerjakan yang wajib karena begitu asyik mengerjakan yang sunnat.
Orang-orang itu juga termasuk orang yang rajin beribadah, namun ibadahnya hanya ingin menjadi orang utama, karena menganggap ibadah sunnah itu jarang dikerjakan oleh manusia. Mereka mengerjakan ibadah sunnah agar dipandang lain dan utama. Perbuatan seperti ini telah memasuki amalan riya' yang dibenci oleh Allah Ta'ala.
Amalan sunnah mereka dikerjakan lama sekali dan panjang-panjang dengan hitungan yang bagus. Seperti orang berlomba mengumpulkan hasil yang banyak dari pekerjaannya. Mereka mendahulukan yang sunnah daripada yang wajib.
Dzikir dan wirid mereka panjang, banyak dengan hitungan dari tasbih mereka, akan tetapi mengerjakan shalat wajib, cepat-cepat dengan bacaan yang tidak benar dan singkat. Ingin cepat-cepat selesai agar dapat mengerjakan dzikir dan wirid yang banyak dan lama. Inilah perbuatan yang salah. Mereka berbuat terbalik, seakan-akan ibadah sunnah menjadi wajib dan demikian sebaliknya. Mereka tidak dapat membedakan mana yang sunnah dan mana yang wajib. Itulah amalan orang yang melanggar syari'at dan mengada-ada dalam ibadah.
Dikatakan oleh Syekh Muhammad bin Abil Ward, bahwa orang yang beribadah seperti itu membuat kebinasaan bagi dirinya. Yaitu manusia yang hanya suka mengerjakan yang sunnah dan mengabaikan yang wajib. Dan dalam amalnya hanya mementingkan bagian lahir lalu mengabaikan bagian batin (niat ikhlas dalam amal, tidak untuk dipertontonkan keluar dirinya, baik dengan suara maupun dengan tingkah laku). Suaranya dibagus-baguskan dan batinnya tidak diperindah. Padahal ibadah itu tidak hanya amalan lahir, akan tetapi termasuk di dalamnya amalan batin.
Al Khawwash berkata, ”Manusia itu terputusw hubungan dengan Allah karena dua hal yang tak dapat ia bedakan, antara sunnah dan yang wajib. Ia lebih banyak mengerjakan amalan lahir akan tetapi tidak berjiwa ikhlas. Jasad amal itu diperbagus, sedangkan ruhul amal kosong melompong. Allah Ta'ala tidak akan menerima amal perbuatan kecuali amal yang ikhlas dan jiwa bersih menurut tuntunan syari'at yang sahih.
Orang yang mengerjakan amal ibadah perlu memperhatikan betul-betul dan sungguh amal ibadah yang mana perlu didahulukan dalam suatu waktu yang ditetapkan.
Adapun amal ibadah yang sunnah adalah ibadah yang memperkuat ibadah wajib, memperbaiki apabila ibadah wajib itu ada yang rusak, dan menambah beratnya mizan. Akan tetapi tidak berarti amal ibadah wajib hanya dikerjakan seenaknya saja, sehingga nampak terbalik, yang wajib seperti menjadi sunnah, dan yang sunnah seperti menjadi wajib.
Sumber: Terjemah Kitab Al Hikam, Syekh Ahmad Ataillah.