Basmalah



”Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
MANISNYA HAWA NAFSU ITU PAHIT.




تَمَكُّنُ حَلَا وَةِ اْلهَوٰى مِنَ اْلقَلْبِ هُوَالـدَّاءُ اْلعُضَـالُ .

”Manisnya hawa nafsu yang ada dalam hati, adalah penyakit yang sulit disembuhkan.”

Hati itu tempat bertahtanya iman, dan makrifatnya keyakinan, dan semua ini adalah obat bagi penyakit yang diakibatkan oleh hawa nafsu dan syahwat. Akan tetapi apabila penyakit seperti ini telah menjalar ke hati, maka tidak ada lagi tempat pengobatannya. Itulah kesukarannya pengobatan, sehingga sulit untuk sembuh.

Hawa nafsu dan syahwat badani termasuk penyakit hati yang sering menghinggapi manusia. Apabila hawa nafsu itu telah masuk dan menusuk hati, maka rusaklah hati, dan apabila dibiarkan saja, ia akan membusuk, dan sukar disembuhkan. Dosa karena hawa nafsu itu ibarat setetes kotoran yang jatuh di atas lembaran hati manusia. Sekali manusia berbuat dosa, itu lama-kelamaan akan menutup seluruh permukaan hati, maka gelaplah hati. Ia tertutup dari sinar iman karena sudah dipenuhi oleh kegelapan dosa dan hawa nafsu.

Hawa nafsu syahwat memang selalu mengajak kepada kejelekan. Ia akan menghinggapi manusia, ketika jiwa yang kosong dari iman dan dzikir. Dalam hawa nafsu itu pula setan mengatur siasat dan mengarahkannya agar lebih pandai berhadapan dengan manusia yang selalu dzikir kepada Allah. Sebab hawa nafsu tidak akan mampu berhadapan dengan hamba Allah yang selalu dzikrullah.

Setan selalu memanfaatkan nafsu amarah yang merusak, sedangkan manusia beriman selalu dilindungi oleh dzikrullah sehingga jiwanya tenang dan waspada oleh nafsu mutmainnah.

Nafsu mutmainnah adalah nafsu yang tenang dan damai dalam hati manusia. Nafsu ini membimbing manusia menghadap Tuhan dan mencari keridhaannya. Dalam hidup di dunia nafsu mutmainnah mengarahkan manusia untuk mencapai ketentraman dalam hidup, mempermudah mendapatkan petunjuk, dan memberi kekuatan untuk tekun beribadah. Di hari akhirat nafsu mutmainnah akan mengantarkan ruh manusia yang saleh dan para hamba yang arif berangkat menemui Allah SWT. dengan ruh yang damai dan tenteram, hingga memasuki surga jannatun na'im.

Menjaga dan memelihara kebersihan hati adalah sifat orang beriman dan para hamba yang saleh. Hati itu adalah cahaya dalam diri manusia, ia adalah pelita kehidupan manusia beriman. Jagalah jangan sampai pelita yang sedang bercahaya itu redup. Jikalau cahaya pelita hati itu redup, adalah alamat ia sedang sakit. Cepatlah diobati, kendalikan hawa nafsu amarah itu, dan belokkan ke arah nafsu mutmainnah. Ketika pelita hati sedangkan redup, dekatilah Allah, tingkatkan ibadah dan dzikir, jauhilah perkara syubhat dan dosa-dosa walaupun sekecil biji sawi. Penuhi kembali hati dengan siraman iman dan dzikrullah, itu adalah satu-satunya obat hati.

Nabi Muhammad Saw. bersabda, ”Sesungguhnya dalam jasad anak Adam itu ada segumpal daging, apabila gumpalan daging itu baik, maka baik pula jasad manusia. Apabila gumpalan daging itu rusak, maka rusak pula jasad manusia. Ketahuilah bahwa gumpalan darah itu adalah hati.”

Oleh karena itu jangan dibiarkan nafsu dan syahwat itu mengendap di dalam hati, ia akan membuat sarangnya di dalam hati lalu bertelur dan menetaskan hawa nafsu baru dan bentuk-bentuknya. Sementara setan mengatur siasatnya kembali untuk menghancurkan benteng iman.

Cepat keluarkan dan usir nafsu syahwat itu dari dalam hati. Bentengilah dengan iman dan dzikir yang tidak putus-putus. Syekh Ahmad Ataillah mengingatkan:

لَا يُخْرِجُ الشَّهْوَةَ مِنَ اْلقَلْبِ اِلَّاخَوْفٌ مُزْعِجٌ اَوْشَوْقٌ مُقْـلِقٌ .

”Tidaklah nafsu syahwat itu dapat dikeluarkan dari dalam hati, kecuali adanya rasa takut yang menggetarkan dan rasa rindu yang menggelisahkan.”

Hawa nafsu itu memang mempunyai kekuatan, apalagi hati sudah ditaklukkan, maka kekuatan akan berlipat-lipat. Yang akan mampu mengusir kekuatan hawa nafsu adalah petunjuk, yang datang dari Allah SWT.

Takut yang menggetarkan hati manusia dan menggoncang jiwa para hamba Allah, ialah ketakutan yang akan menimpa di hari akhirat dan siksa Allah di dunia, karena membiarkan hati digerogoti oleh hawa nafsu, sehingga jiwa menjadi merana dan tak berdaya. Di samping itu ruhul mutmainnah manusia yang tersisa dalam jiwa, merindukan kepada semua janji Allah dan pertemuan dengan Maha Pencipta alam semesta ini. Rasa takut dan rasa rindu dalam hati dan jiwa manusia adalah dua kekuatan yang berpadu menjadi satu yang mampu memberi dorongan menghadapi hawa nafsu, sekaligus menghancurkannya.

🙏

"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri," (QS. Al-Hadid 57: Ayat 23)