Basmalah



”Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
CAHAYA KEIMANAN DAN DZIKRULLAH.




قَوْمٌ تَسبِقُ اَنْوَاهُمْ اَذْكَـارَهُمْ ، وَقَوْمٌ تَسبِقُ اَنْوَاهُمْ اَذْكَـارُهُمْ ، وَقَوْمٌتَتَسَـا وٰ اَذْكَـارُهُمْ وَاَنْوَارَهُمْ وَقَوْمٌ لَا اذْكَـارَوَلَا اَنْوَارَ ، نَعُوْذُبِاللّٰهِ مِنْ ذٰلِكَ، ذَاكِرٌ ذَكرَ لِيَسْتَنِيْرَ قَلْبُهُ فَكَانَ ذَاكِرًا وَذَاكِرًا وَذَاكِرٌ اِسْتَنَارَ قَلْبُهُ فَكَانَ ذَاكِرًا وَالَّزِى اسْتَوَتْ اَذْكَارُهُ وَاَنْوَارُهُ فَبِذِكْرِهِ يَهْتَدِىْ وَبِنُوْرِهِ يَقْتَدٰى .

"Cahaya iman sebagian orang mendahului dzikir mereka. Sebagian orang lainnya dzikirnya mendahului cahaya imannya. Sedangkan sebagian bersamaan antara nur iman dan dzikirnya. Sebagian pula tanpa cahaya iman dan tanpa dzikir. Kami berlindung kepada Allah dari perbuatan seperti itu (tanpa cahaya iman dan tanpa dzikir). Orang yang berdzikir agar hatinya mendapat cahaya, dinamakan ahli dzikir. Dan ahli dzikir yang hatinya telah mendapatkan nur, dia juga disebut orang berdzikir. Orang yang bersamaan mengerjakan dzikir dan mendapatkan cahaya Ilahi, ia telah mendapat hidayah. Dan dengan nur cahayanya, orang ini dapat diikuti."

Ungkapan Syekh Ataillah di atas merupakan ibarat yang berharga dan sangat dalam pengertiannya. Ia membagi manusia yang berdzikir dalam beberapa bagian.

  • Golongan yang memperoleh cahaya Allah sebelum berdzikir. Inilah orang yang makrifat. Ia langsung menerima anugerah dari Swt. sebelum ia berdzikir, karena seluruh ibadahnya telah merupakan dzikir yang utuh.

  • Golongan yang berdzikir sebelum turunnya cahaya. Mereka adalah ahli dzikir yang terus menerus membasahi bibir dan hatinya dengan dzikrullah.

  • Golongan yang menerima cahaya iman dan juga melaksanakan dzikir mempunyai sifat-sifat orang makrifat hati dan bibirnya selalu dalam dzikir, penuh dengan kekuatan jiwa istiqomah.

Allah SWT. berfirman dalam surat Ali Imran ayat 74, "Allah menentukan rahmat-Nya, kepada siapa yang dikehendaki-Nya." Rahmat Allah di sini adalah cahaya Allah, yang diberikan kepada hamba yang terpilih, seperti para Nabi atau para Waliyullah. Dzikrullah termasuk ibadah yang sangat banyak manfaatnya bagi rohani dan juga jasmani. Dengan dzikrullah hati menjadi tenang, dan jiwa menjadi tenteram. Merasa selalu dekat dengan Allah, dan Allah pun selalu dekat dengannya. Dengan dzikrullah jiwa dan hati menjadi suci, rohani menjadi tenteram dan jasmani menjadi bersih.

Dalam salah satu hadist qudsi, disebutkan, "Siapa yang dzikir kepada-Ku didalam hatinya pasti Aku ingat kepadanya di dalam dzat-Ku. Dan siapa yang ingat kepada-Ku di muka umum pasti Aku pasti Aku ingat kepadanya di muka umum juga, bahkan lebih baik lagi dari golongannya.

Syekh Ahmad Ataillah melanjutkan pula, tuturnya:

مَـا كَانَ ظَاهِرُ ذِكْرٍ اِلَّا عَنْ بَطِنِ شُهُـوْدٍ وَفِكْرٍ .

"Tiadalah dzikir dinampakkan, kecuali timbul dari kesadaran dan pemikiran batin."

Memang dzikir bukan hanya sekedar bunyi yang timbul dari ucapan bibir dan lidah, akan tetapi ia lahir dari suara hati dan batin para hamba Allah yang menghidupkan dzikirnya. Dzikir itu walaupun ibadah sunat, akan tetapi ia sangat utama, bahkan sesuatu yang besar dan berbekas.

Berdzikir adalah pengakuan yang diucapkan dengan hati dan lisan akan keagungan Allah SWT. Bibir, lidah dan hati berpadu menjadi satu, bergerak secara rutin membunyikan asma Allah dengan hati dan lisan. Syekh Ataillah dalam hal ini mengingatkan:

اَشْهَـدَكَ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَسْتَشْهِدَكَ فَنَطَقَتْ بِإِلٰهِيَّتِهِ الظَّوَاهِرُ وَتَحَقَّقَتْ بِأَحَدِ يَّتِهِ اْلقُلُوْبَ وَالسَّـرَاءِـرَ .

"Allah Ta'ala menyaksikan kepadamu keagungan dzat-Nya, sebelum Allah meminta kalian mengakui keagungan wujud-Nya. Sehingga semua makhluk mengakui wujud Tuhan-Nya. Juga semua hati dan perasaan mengakui hakikat ke-Esaan-Nya."

Keagungan Allah, sebenarnya tidak memerlukan pujian dan dzikir dari hamba-hamba Nya, akan tetapi Allah Ta'ala menempatkan si hamba sebagai orang yang sepatunya berterima kasih kepada Allah dengan berdzikir.

Berdzikir, tidak hanya diucapkan dengan lidah, dan diingat dengan hati. Termasuk berdzikir, adalah juga berfikir, dan gerakan anggota badan yang ada sangkut pautnya mengingat dan memikirkan keagungan Allah. Setiap gerakan adalah adalah dzikir, asal saja diniatkan untuk mengingatkan dan memikirkan keagungan Allah SWT. Karena dzikir kepada Allah sangat besar keutamaannya. (Al-Ankabut:45).

Allah SWT. memuliakan dan memberi kehormatan kepada manusia karena mereka terus menerus ingat kepada Nya. seperti diingatkan oleh Syekh Ataillah dalam ungkapan berikut ini:

اَكْـرَ مَكَ بِكَرَامَـاتٍ جَعَـلَكَ ذَاكِـرًالَهُ وَلَوْلَا فَضْـلُهُ لَمْ تَكُنْ اَهْلًا لِجَرَيَانِ ذِكْـرِهِ عَلَيْكَ ، وَجَعَلَكَ مَذْ كُـوْرًا بِهِ اِذْ تَحَقَّقَ نِسْبَتَهُ لِدَيْكَ وَجَعَلَكَ مَذْ كُـوْرًا عِنْدَهُ فَتَمَّمَ نِعْـمَتَهُ عَلَيْكَ .

"Allah telah memuliakan kamu dengan tiga kemuliaan. Allah telah menjadikan kamu selalu berdzikir kepada-Nya. Akan tetapi jikalau tidak ada karunia dari Allah, kalian tidak mungkin dapat berdzikir. Dengan dzikir itu Allah Ta'ala telah menjadikan kamu kamu terkenal, karena Allah sendiri yang menisbahkan dzikir itu untukmu. Dan dengan demikian Allah Ta'ala telah menjadikan kamu dikenal di sisi-Nya kepadamu."

Memang dzikir itu adalah kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada hamba yang mengagungkan-Nya. Ahli dzikir adalah orang yang telah menyediakan waktu dan hayatnya untuk mengingat Allah, serta menghiasi jiwanya dengan dzikrullah. Sebagaimana mendekati Allah dengan dzikir adalah perbuatan atau amalan yang sangat manis dan lezat cita rasanya.

Sahabat Abi Hurairah meriwayatkan sabda Nabi Muhammad ﷺ, "Allah SWT. selalu mendampingi para hamba yang selalu berdzikir. Jikalau hamba-Ku mengingat Aku dalam hatinya, maka Aku ingat kepadanya dalam dzat-Ku. Jikalau hamba-hamba-Ku ingat kepada-Ku di muka umum, maka Aku ingat kepadanya melebihi golongannya. Jikalau hamba-hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku bertambah dekat kepadanya sehasta, maka Aku akan dekat kepadanya sedepa. Apabila hamba-hamba-Ku datang dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari."

Oleh sebab itulah maka hamba-hamba Allah hendaklah senantiasa memperbanyak dzikrullah. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 152, Fadzkuruni Adzkurkum (Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu).

🙏