Basmalah



”Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
HIJAB ANTARA ALLAH DAN HAMBA.



اِنَمَا حَجَبَ ألحَقَّ عَنٔكَ شِدَّةُ قُرْبِهِ مِنْكَ. اِنَمَاحَجَبَ لِشِدَّةِ ظُهُوْرِهِ وَخَفِىَ عَنِ اْلأَ بْصَارِ لِعِظَمِ نُؤرِهِ .

”Yang menjadi hijab Allah dari engkau, adalah karena sangat dekatnya Dia kepadamu, karena sesungguhnya terhijabnya Allah dari penglihatan, sebab sangat terang sinar_Nya. Tidak nampaknya Allah dari pandangan karena begitu besarnya gemerlapan cahaya_Nya.”

Keterbatasan manusia itu banyak sekali. Keterbatasan panca indera, keterbatasan rasa, akal dan juga amal perbuatan. Keterbatasan ini termasuk hubungan manusia dengan Al Khaliq Maha Pencipta. Ternyata terdapat hijab antara manusia dengan Tuhan Jalla Jalaluh, bukan karena jauh, akan tetapi bukan karena sangat dekatnya.

Keberadaan Allah sebenarnya sangat dekat dengan manusia, lebih dekat dari urat kuduknya sendiri, seperti diingatkan oleh Allah SWT. dalam surat Qaf, ayat 16: WA NAHNU AQRABU ILAIHI MIN HABI II WARID. begitu eratnya manusia dengan Allah, akan tetapi ternyata masih ada halangan yang menjadi hijab antara hamba dengan ma'bud- nya. Hijab itu bukan buatan karena Allah Ta'ala tidak berkehendak, akan tetapi si hamba sendiri belum mampu mendekati Rabbul Alamin. Hijab itu adalah hijab batin, hijab nurani insani yang tidak mampu menembus cakrawala Ilahiyah sebab begitu gemerlapan cahaya tersebut. Mata kepala manusia tidak mampu dan sangat lemah menerima nur Ilahi yang datang menembus dadanya di saat nur Ilahi akan memasuki relung-relung jiwanya basirah insani belum terbuka, atau barangkali juga sangat silau menantang nur Ilahi yang akan memasuki dirinya, ibarat mata kepala manusia tidak mampu menembus sinar matahari, ketika hendak menatap matahari.

Gambaran dalam ilmu tauhid sebenarnya memberi peluang bagi hamba Allah yang ingin erat taqarrub-nya dengan Allah, seperti di isyaratkan dalam surat Qaf yang sudah dijelaskan di atas. Akan tetapi hijab yang menutup nurani manusialah yang menjadi penghalang utama. Apalagi hijab itu bercampur dengan riya'dan ujub yang bertahta dalam hati manusia, maka hijab itu akan bertambah tebal, seperti tebalnya awan menutup dan menghalangi sinar matahari jatuh ke bumi.

Oleh karena Allah Ta'ala tidak dapat dilihat dengan mata kepala (basar) maka para ahli makrifat mempergunakan mata hati (basirah) untuk melihat Allah Rabbul Izzah. Memang mata lahir manusia tidak dapat melihat Allah, akan tetapi Allah Ta'ala selalu mendekati, membimbing dan melindungi manusia. Allah SWT. berfirman dalam surat Al An'am ayat 103:

”Dia (Allah) tidak di capai dengan penglihatan biasa (basar), sedang Allah dapat mencapai segala penglihatan, karena Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

Dia Allah menjadi tidak nampak walaupun sangat dekat dengan manusia, akan tetapi nurani manusia (basirah) dapat melihat Allah dengan jelas. Hanya dengan hidayah dan taufiq Allah jualah manusia (para hamba yang saleh) mampu mengeratkan dirinya dengan Allah Maha Pencipta alam semesta. Dekatilah Allah, pasti Allah akan mendekatimu.

🙏