Basmalah



”Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
USIA YANG BERMANFAAT.



رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ آمَـادُهُ وَقَلَّتْ أَمْـــدَادُهُ وَرُبَّ عُــمٔرٍ قَلِــيـــْلَةٍ آمَـادُهُ كَــشِيْرَةٍ أَمْدَادُهُ.

”Terkadang usia panjang masanya, tetapi sedikit manfaatnya, terkadang usia itu pendek masanya, akan tetapi lebih banyak manfaatnya.”

Ada pepatah yang berbunyi, jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasai. Benar, apabila manusia suka bepergian, ia akan banyak memperoleh pengalaman, pemandangan dan penghayatan. Apabila panjang usianya dan lama hidupnya, berarti ia telah menikmati senang dan susahnya hidup pahit, dan manisnya perjalanan. Semua perjalanan hidup manusia akan memberi makna tersendiri baginya. Ia barulah berarti apabila usia yang telah ditempuh dalam hidupnya memberi manfaat baginya.

Usia itu sebenarnya bukan karena panjang atau pendeknya, akan tetapi manfaat dan madaratnya. Sebagus-bagus usia ialah usia yang banyak manfaatnya bagi manusia. Rasulullah Saw. bersabda, _”Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang umurnya, dan bagus amalnya, dan sejelek-jelek manusia, adalah orang yang panjang umurnya akan tetapi rusak amalnya.”_

Syaikh Ibnu ''Atho'illah menegaskan pula :

مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِـيْرٍ مِنَ الزَّ مَنْ مِنَنِ اللّٰهِ تَعَالٰى مَالَايَدْخُلُ تَحْتَ دَوَاءِرِ اْلعِبَـادَةِ وَلَا تَلْحَقُهُ اْلإِشَـارَةُ.

”Siapa yang diberkati umurnya, dalam masa singkat dari usianya, ia akan mencapai karunia Allah, yang tidak dapat dihitung dengan kata-kata, dan tak dapat dikejar dengan isyarat.”

Yang dicari oleh seorang muslim yang saleh adalah barakahnya usia. Yang dimaksud usia barakah adalah usia yang selalu membawa dan mengajak kepada kemanfaatan dunia dan akhirat. Umur yang barakah ini, selalu diberi kesempatan oleh Allah menjalankan kebaikan-kebaikan seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Sebab, apabila umur itu mendapat barakah, tidak ada waktu yang tersia-sia dalam hidup seorang hamba.

Hamba yang umurnya berberkat, ia selalu berada dalam situasi yang sempat akan tetapi bergegas-gegas. Sempat artinya selalu ada peluang, bergegas-gegas artinya cepat diamalkannya. Sehingga tidak terasa olehnya usia yang dianugerahkan kepadanya, waktunya sangat singkat sebab kesempatan-kesempatan beribadah yang diberkati Allah kepadanya tidak mencukupi. Ia bergegas-gegas, agar waktu yang singkat itu, tidak hilang begitu saja karena cepatnya perjalanan usia.

Dengan demikian, maka usia yang panjang atau usia yang pendek, akan memberi arti yang berguna bagi manusia, apabila dipergunakan untuk mendapatkan rida Allah. Seperti yang diucapkan oleh Abul Abbas Al Mursy : ”Alhamdulillah semua waktu-waktu kami merupakan lailatul-qadar, artinya semua waktu terisi dengan amal yang bermanfaat.

Jangan sampai waktu yang didapatkan dari usia, hanyalah ibarat air yang disiramkan ke atas pasir yang panas. Airnya menguap, pasirnya tidak basah. Usia yang hilang begitu saja dari waktu yang dilalui, akan mengecewakan si pemilik usia itu sendiri pada hari kiamat. Sebab, waktu-waktu yang dianugerahkan kepada manusia dinamakan bermanfaat dan barakah apabila dipergunakan untuk memperbanyak amal ibadah, memohon ampun atas bermacam-macam kesalahan dan dosa, serta bertobat dengan taubatan nasuha.

Syaikh Ibnu ''Atho'illah mengatakan :

اَلخُذْلَانُ كُلُّ اْلخُذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَاغِلِ شُمَّ لَاتَتَوَجَّهُ اِلَيْهِ وَشَقِـلَّ عَوَاءِقُكَ ثُمَّ لَا تَرْحَلُ اِلَيْهِ.

”Kekecewaan dari semua Kekecewaan, adalah ketika kalian berkesempatan, kalian tidak menghadap kepada Allah, atau karena sedang ada sedikit halangan, kalian tidak juga mendatangi Allah.”

Ungkapan Syekh Ahmad 'Ataillah ini mengingatkan kita, jangan sampai kesempatan dari usia, di waktu lapang atau pun sempit, hendaklah pandai-pandai dimanfaatkan untuk Allah dan datang menghadap memohon hidayah dan inayah, memohon ampun dan serta bertobat, _”Bergegas-gegaslah kamu dalam keadaan ringan ataupun berat.”_ (QS. Al Baqarah: 41).

Perjalanan yang panjang telah ditempuh manusia di alam dunia ini. Banyak yang dialami oleh anak Adam dalam masalah duniawiyah, namun pengalaman hidup itu barulah berarti bagi hidup dunia dan akhirat, apabila dipersembahkan untuk Allah dan rasul-Nya, dan untuk 'izzul Islam dan Muslimin.

Memang kadang-kadang manusia tidak mempergunakan kesempatan, atau kesempatan yang ada disia-siakan, sehingga kesempatan yang tersedia, hilang begitu saja Kesempatan yang dimaksud ialah kesempatan datang menghadap Allah dalam ibadah rutin, atau kesempatan mengerjakan ibadah sunah lainnya, yang sebenarnya tersedia, akan tetapi, manusia lalai dengan alasan kesibukan duniawi, atau kesibukan perjuangan. Alasan-alasan seperti itu sebenarnya tidak perlu dikemukakan, karena Allah Ta'ala Maha Tahu tentang kemalasan dan keengganan diri kita. Allah Ta'ala lebih tahu bahwa manusia lebih mementingkan dirinya sendiri, hawa nafsunya sendiri, daripada ingin mendapatkan rida Allah dengan pertemuan- pertemuan tertentu dengan Allah dalam bentuk ibadah.

Memang merupakan suatu kekecewaan kelak di akhirat, di waktu seorang hamba Allah Swt. Manusia waktu itu datang menerima apa yang telah ia kerjakan di dunia. Masing-masing datang dengan buah amal ibadahnya. Akan tetapi ada diantara manusia hadir di mahkamah Allah Swt. dengan hati kecewa. Karena ia melihat orang lain datang kepada Allah dengan hati gembira menunjukkan amal ibadahnya yang wajib dan sunat yang sangat banyak, sedangkan ia datang dengan amal ibadah yang minim, yang tidak mampu melepaskan dirinya dari azab Allah. Atau amal ibadahnya pas-pasan saja.

Ia kecewa, akan tetapi kekecewaan itu sudah tidak dapat ditembus lagi. Waktu itu kesibukan dunia yang dikerjakannya tidak mampu menambah amal ibadahnya. Harta dan segala macam yang diperolehnya dalam kesibukan dunia, tidak ada satupun yang memberinya nilai tambah bagi kebahagiaan akhirat yang sudah hadir di depannya. Seperti diterangkan Allah Ta'ala dalam Firman-Nya. ”Pada hari itu tidak ada gunanya harta dan anak-anak, kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang damai.” (QS. Asy Syu'ara: 89).

Bagi hamba Allah yang benar-benar tunduk dan patuh kepada-Nya dalam segala hal, ia dalam hidupnya tidak menyia-nyiakan waktu yang dianugerahkan Allah untuk datang kepada-Nya dalam waktu yang ditentukan, atau melaksanakan ibadah-ibadah sunnah tanpa waktu dan sepanjang saat.

Agar seseorang hamba tidak tersia-sia di akhirat, dan kecewa di hadapan Allah memanfaatkan saat-saat kesempatan adalah sangat menguntungkan dan utama.

🙏