DIINGATKAN MUNGKIN LUPA DITEGUR MUNGKIN TELEDOR.

اِنَّـمَـايُذَكَّرُ مَنْ يَجُوْزُ عَلَيْهِ اْلإِغْفَالُ وَاِنَّمَـايُنَبَّهُ مَنٔ يُمْكِنُ مِنْهُ اْلإِهْـمَـالُ .
”Sesungguhnya yang perlu diingat adalah orang yang mungkin lupa, dan sesungguhnya yang perlu ditegur adalah orang yang mungkin teledor.”
Mestinya yang harus diingatkan adalah diri kita sendiri, bahwa do'a itu sangat utama. Oleh karena itu, jangan lalai. Demikian juga mengingatkan dan menegur orang yang karenanya kesibukannya lupa berdo'a, atau berdo'a dengan hati yang lalai, sembrono dan sangat teledor.
Di sini do'a berperanan agar hamba Allah tidak asyik dalam masalah duniawi, atau juga Din, atau ibadah lainnya. Berdo'a dituntut agar ibadah apapun menjadi segar, karena hubungan yang berupa dialog dengan Allah terjalin terus menerus.
Orang yang lupa berdo'a, hendaklah selalu diingatkan, karena berdo'a adalah salah satu adab dalam ibadah, yang menjadikan si hamba santun dengan Allah dalam bermohon dan menyampaikan munajah-nya. Oleh karena Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, maka sudah sewajarnya dan sangat patut, manusia menyampaikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang indah-indah, dengan bahasa yang tersusun dan santun, untuk didengar dan diketahui oleh Allah Swt.
Kesopanan berdo'a, bukan dengan cara kita menuntut dan memaksakan kehendak kita agar cepat-cepat dikabulkan oleh Allah Swt. tidaklah sopan pula apabila kita merinci apa yang kita harapkan dari Allah Swt.
Ketika Syekh Abu Bakar Al Wasity diminta untuk berdo'a, ia berucap, ”Saya kuatir apabila saya berdo'a kemudian Allah Ta'ala bertanya kepadaku: ”Jika do'amu itu untuk meminta hak milikmu, berarti engkau telah menuduh Aku. Jika engkau memohon sesuatu yang bukan milikmu, berarti engkau telah menyalah gunakan kewajibanmu untuk memuja_Ku. Akan tetapi jika engkau rida, maka berjalanlah segala sesuatu, seperti yang telah Aku putuskan, pada zaman azali, yaitu sejak dahulu sebelum makhluk Aku ciptakan.”
Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Munazil. Ia berkata, ”Selama lima puluh tahun aku tidak berdo'a ke hadirat Allah. Juga aku tidak ingin agar orang lain mendo'akan untukku. Sebab segala sesuatu telah berjalan sesuai ketetapan Allah pada zaman azali, dan akupun telah rela dan cukup dengan semuanya itu.”
Berdo'a dan mengharap akan anugerah Allah itu memerlukan kebersihan hati dan kemurnian jiwa, serta kesucian niat. Do'a itupun ada syarat dan adabnya. Hamba Allah boleh meminta apa saja kepada Allah, menumpahkan seluruh harapan, perasaan, rasa syukur, rasa sedih, dan boleh berkeluh-kesah kepada Allah. Allah Maha Mendengar, Maha Merasakan, Maha pengasih dan Penyayang. Maha Adil, sangat suka mendengar suara hamba_Nya yang datang dengan kesucian jiwa dan kebagusan permohonan, memohon petunjuk dan menolong memberikan hidayah dan taufiq dalam hidup si hamba. Seperti dijanjikan Allah: ”UD'UNI ASTAJIB LAKUM” (Mohonlah kepada_Ku, pasti Aku perkenankan permohonanmu). Dalam ayat lain: ”UJIBU DA'WATAD DA'I IDZADAYAN” (Aku perkenankan permintaan hamba_Ku, apabila memohon kepada_Ku).