LEBIH BAIK BERDO'A.

رُبَّـمَـادَلَّهُمُ اْلأَ دَبُ عَلٰى تَرْكِ الطَّلَبِ اعْتِمَـادًا عَلٰى قِسْمَتِهِ وَاشْغَالًا بِذِكْرِهِ عَنْ مَسْـَٔلَتِهِ.
”Adakalanya adab mendorong orang makrifat meninggalkan permohonan kepada Allah, karena mengikuti ketentuan Allah yang dibagikan serta begitu sibuk dalam dzikir, sehingga tidak sempat memohon kepada Allah Ta'ala.”
Para hamba Allah yang arif, kadang-kadang merasa malu, karena adab sopan santun yang menghiasi batinnya, tidak memohon kepada Allah Swt. Ada pula yang tidak sampai berdo'a, karena sedang asyik ma'syuk tenggelam dalam dzikir, dan iapun telah rida menerima apa yang ia dapat dari Allah sesuai dengan ketetapan-Nya.
Ada beberapa penafsiran ulama tentang dua hal tersebut. Terus menerus berdo'a atau terus menerus berdzikir sehingga melupakan do'a.
Sebagian Ulama berpendapat bahwa berdo'a merupakan suatu keutamaan bagi hamba Allah dalam hubungan dengan_Nya. Karena do'a merupakan pokok dari ibadah, seperti disabdakan oleh Nabi Saw. : ”ADDU'A-U MUKHKHUL IBADAH” (do'a itu pokok dari ibadah). Dengan demikian do'a adalah suatu ibadah yang sangat utama bagi hamba-hamba Allah yang saleh. Do'a merupakan jembatan yang menghubungkan antara hamba dengan Al Khaliq.
Oleh karena itu sangat utama bagi hamba Allah yang saleh tidak meninggalkan do'a karena asyik berdzikir kepada Allah.
Pendapat yang kedua menyebutkan, boleh meninggalkan do'a karena banyak berdzikir. Apalagi orang yang berdzikir itu sedang menyebut nama Allah, memuji dan mensucikan_Nya. Di saat mereka sedang asyik tenggelam dalam dzikir, sehingga doa-doa menjadi tertinggal. Orang-orang salihin pada umumnya enggan berdo'a dan memilih dzikir. Atau lebih banyak berdzikir dari berdoa, karena malu kepada Allah, seakan-akan tidak yakin kepada ketetapan yang ditentukan Allah untuk meraka. Untuk itu merekapun telah ridha menerima apa yang akan diberikan Allah bagi hidup mereka.
Sebenarnya do'a dan dzikir bukan dua kalimat yang berlainan atau terpisahkan satu dengan lainnya. Dzikir dan do'a dapat dilakukan dalam satu waktu. Sebab berdo'a itu juga berdzikir, atau dalam do'a biasanya ada dzikirnya. Ketika orang berdzikir ada kalimat do'a di dalamnya. Atau umumnya setelah berdzikir hamba menyudahinya dengan berdo'a. Kata-kata dzikir dalam Al Qur'an ada juga yang berarti do'a.
Dzikir itu sendiri tidak selalu dengan lisan. Orang boleh berdzikir dengan hati, bisa juga berdzikir dengan pikiran. Karena dzikir menurut pengertian umum, artinya ingat. Dalam Al Qur'an diperintahkan manusia ingat kepada Allah ketika ia lupa (QS. Al Kahfi ayat 24):
اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ اللّٰهُ ۖ وَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰۤى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
"kecuali (dengan mengatakan), Insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini."
(QS. Al-Kahf: Ayat 24)
Ayat ini menjelaskan, ketika manusia itu lupa hendaklah ingat kepada Allah. Artinya dzikir dengan hati atau dengan pikiran.
Dalam surat Ali Imran ayat 4, Allah mengingatkan:
ۗ وَاذْكُرْ رَّبَّكَ كَثِيْرًا وَّسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْاِبْكَارِ
”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu banyak-banyak, dan bertasbihlah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 41)
Ayat ini menerangkan bahwa di saat yang sama seorang hamba dapat berdzikir dengan pikiran dan berdzikir dengan lisan.
Dalam surat Al A'raf ayat 205:
وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَـهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ.
"Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah."
(QS. Al-A'raf: Ayat 205)