JANGAN BERPUTUS ASA DALAM IBADAH.

لَا تَيْـأَسْ مِنْ قَبُوْلِ عَمَـلِ لَمْ يَجِدْ فِيْهِ وُجُوْدَ اْلحُضُوْرِ فَرُبَّمَـا قُبِـلَ مِنَ اْلعَـمَـلِ مَالَمْ تُدْ رَكْ ثَمَرَ تُهُ عَاجِلًا .
”Janganlah berputus asa karena tidak diterimanya amalmu sebab tidak hadir hatimu. Kemungkinan amalmu diterima akan tetapi belum dapat dapat segera dilihat hasilnya.”
Memang dalam ibadah seorang hamba berhadapan langsung dengan Allah SWT. Pada saat yang seperti itu, hati seorang hamba seharusnya hadir bersama kehadiran dirinya di hadapan Allah SWT. Hal ini sering disebut hudur atau dalam salat disebut khusyuk. Nilai ibadah yang dilakukan dengan khusyuk lebih tinggi hasilnya daripada ibadah yang dikerjakan dengan hati yang kosong.
Pengaruh ibadah yang dikerjakan dengan khusyuk besar maknanya bagi kehidupan manusia. Sebab hubungan hamba dan Allah tidak hanya sekedar di saat ibadah itu dilaksanakan. Pengaruh ibadah itu membekas dalam hidupnya sehari-hari, dari waktu ke waktu.
Walaupun ibadah seorang hamba belum mencapai tingkat hudur hendaklah para hamba tidak berputus asa. Hamba Allah yang telah mengerjakan ibadah sesuai dengan peraturan dan tata tertibnya, tetap diperhitungkan sebagai amal yang berpahala menurut kemampuan dan mutu ibadah masing-masing. Sedang kekhusukan adalah nilai tambah dari ibadah tersebut. Yang perlu dipahami bagi hamba Allah yang ta'at, bahwa semua ibadah, tidak hanya dinilai dari sisi upacaranya, akan tetapi di luar ibadah pun selalu mendapat penilaian yang positif.