HAKIKAT ILMU.

اَلْحَقَاءِقُ تَرِدُ فِى حَالِ التَّجَـلِّىْ مُجْمَلَةً وَبَعْـدَ اْلوَعْيِ يَكُوْنُ اْلبَيَـانُ " فَإِذَا قَرَأْ نَاهُ فَاتَّبِـعْ قُرْاٰنَهُ ثُمَّ اُنَّ عَلَيْنَـا بَيَانَهُ .
"Ilmu hakikat itu datangnya dalam keadaan jelas dan bersifat mujmal. Setelah diberi keterangan barulah menjadi jelas. Seperti firman Allah: Apabila Kami (Allah) telah selesai membacakan, maka ikutilah bacaannya. Kemudian sesungguhnya penjelasannya adalah tanggungan Kami.”
Ilmu hakikat yang diterima manusia atau para ahli makrifat biasanya diterima dalam keadaan mujmal (garis besar) akan tetapi cukup jelas. Datangnya ilmu hakikat itu berupa ilham dari Allah SWT. masuk ke dalam alam pikiran melalui perasaan manusia. Ilmu itu akan menjadi terang makna dan tafsirannya, apabila telah diterima oleh para hamba Allah yang makrifat. Barulah ilmu itu dapat dijelaskan dan tidak bertentangan dengan syari'at agama, atau dengan sunnah Nabi Muhammad Saw. Seperti kalimat yang dipakai ahli hakikat, "Saya adalah papan tulis, dan saya adalah pena pencatat."
Kalimat-kalimat seperti ini sangat mujmal (global), belum dapat dimengerti dengan jelas. Para ahli makrifat mengucapkan kata-kata itu dengan izin Allah. Barulah setelah direnungkan dan dianalisa dengan rasa dan pikir yang bersifat agama, barulah dimengerti dengan jelas. Maknanya, Allah SWT. telah menentukan keadaan manusia dalam catatannya di Lauhul Mahfuz, papan catatan sebelum manusia dilahirkan ke muka bumi ini.
Ilmu hakikat itu adalah pemberian Allah yang tidak semua orang mendapatkannya. Ilmu ini merupakan rahasia Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Hanya hamba Allah yang dekat dengan_Nya, dan kuat raqarrubnya sajalah yang mungkin dapat melahirkan ilmu hakikat ini. Ia datang bersifat ilham dari Allah berupa perasaan yang diterima oleh akal dan dianalisa lalu dilahirkan menjadi ilmu pengetahuan dengan berbagai macam manfaat. Ilmu ini tidak bertentangan dengan syari'at agama dan Sunnah Nabi Saw. Ia pun bukan ramalan, dan tidak berbau kebatinan. Sama sekali tidak bertentangan dengan akidah Islam.
Apabila ada ilmu hakikat yang bertentangan dengan syari'at dan akidah, maka itu bukan berasal dari Allah SWT. mungkin bisikan setan dan jin yang jahat.
Ilham dalam ilmu hakikat berlainan dengan wisik, karena menerima ilham dari Allah tidak sama dengan menerima wangsit dalam adat dan tradisi Jawa. Wangsit itu adalah bisikan yang diterima oleh oleh seseorang melalui proses semadi yang bercampur baur dengan perilaku kejawen atau kebiasaan orang-orang bertapa (tapa brata) yang ingin mencari kekuatan bagi kepentingan tertentu. Sedangkan ilham dari Allah, adalah sifat pendekatan dengan Allah atas izin Allah sendiri, melalui ibadah-ibadah rutin yang sangat dekat dengan Allah, atas izin Allah melalui hati, pikir dan gerak yang sudah dituntun oleh Allah SWT. Dalam hal ini malaikat berperanan membawa ilham, atas izin Allah.