Basmalah



”Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
JANGAN TAKABBUR KARENA TAWADHU




مَنْ اَثْبَتَ لِنَفْسِـهِ تَوَاضُعًـا فَهُوَاْلمُتَكَبِّرُ حَقًّا، اِذْلَيْسَ التَّوَاضُعُ اِلَّاعَنْ رِفْعَـةٍ فَمَتُى اَثْبَتَ لِنَفسِـكَ رِفْعَـةً فَأَنْتَ اْلمُتَكَبَّرُ حَقًّـا .

"Siapa yang merasa dirinya tawadu', benar-benar dia telah takabbur. Sebab tiadalah ia merasa tawadu' kalau bukan karena sifat tinggi darinya. Maka kapan saja engkau merasa dirimu tinggi, maka engkau telah benar-benar takabbur."

Tawadhu' memang suatu sifat terpuji bagi orang-orang saleh. Merendahkan diri (tawadhu') adalah hasil dari ibadah. Merendahkan diri kepada Allah. Merasa kecil dan rendah di hadapan Allah Rabbul 'Alamin. Kepada sesama hamba Allah pun manusia harus tawadhu', tidak angkuh dan ujub karena menjadi hamba Allah yang taat menjalankan ibadah, dan patuh atas semua perintah dan laranganNya. Merasa diri tawadhu' termasuk sifat yang angkuh (kibir). Apalagi sifat tawadhu' dipamerkan kepada orang lain, maka jadilah perbuatan ini riya'.

Sifat tawadhu' perlu dimiliki oleh setiap muslim yang saleh, akan tetapi tempat tawadhu' itu di dalam hati. Kalau tawadhu' itu nampak di luar diri seseorang, itulah akhlakul mahmudah. Karena tawadhu' adalah termasuk akhlak terpuji bagi manusia beriman.

Dalam pergaulan dengan sesama manusia, maka orang pun hendaknya memiliki perasaan tawadhu'. Sifat tawadhu' akan menghindari manusia merasa lebih dari yang lain. Merasa lebih saleh, lebih kaya, lebih berderajat, dan berpangkat, lebih cantik, lebih kuat, dan kelebihan lainnya. Merasa lebih membuat manusia angkuh. Sedangkan keangkuhan itu menurut hadits Rasulullah ﷺ : Al kibru batrul haqqi wa gamtum nasi. Sombong itu menolak kebenaran, dan merendahkan manusia.... (HR. Muslim).

Selanjutnya Syekh Ataillah mengatakan:

لَيْسَ اْلمُتَوَاضِعُ الَّذِىْ اِذَا ضَعَ رَأٰى اَنَّهُ فَوْقَ مَاصَنَعَ وَلٰكِنَّ اْلمُتَوَا ضِعَ رَأٰى اَنَّهُ دُوْنَ مَا صَنَعَ.

"Bukanlah yang dinamakan tawadhu' itu, apabila orang yang tawadhu' merasakan ia harus berada di atas apa yang ia lakukan. Akan tetapi yang dinamakan tawadhu' merasakan bahwa dia berada di bawah apa yang ia lakukan."

Menurut Syekh Asy Syibli, orang yang merasa dirinya berharga, atau minta dihargai, maka ia bukan orang yang tawadhu'. Selama kita masih merasa ada orang yang melebihi dirinya, maka sifat ini termasuk sifat sombong. Sedangkan orang yang tawadhu', umumnya sabar, tidak dendam, jauh dari emosi, pandai menahan diri, tidak tamak, tidak merasa besar dan super.

Hamba Allah yang tawadhu' tidak merasa memiliki kelebihan apapun, tidak merasa memiliki kemuliaan. Tawadhu' baginya adalah sifat dan watak yang harus dimiliki oleh setiap muslim.

Syekh Ataillah mengingatkan:

اَلْمُتَوَاضِعُ اْلحَقبْقِىُّ هُوَ مَاكَانَ نَاشِـأً عَنْ شُهُوْدِ عَظَمَتِهِ وَتَجَلِّىْ صِفَتِهِ.

"Hakikat tawadhu' adalah ber tawadhu'nya seseorang karena melihat keagungan Allah dan sifat-sifat-Nya."

Sebenarnya tawadhu' itu hanyalah sifat terpuji yang tersimpan dalam hasanah kalbu seorang hamba Allah. Ia tidak menunjukkan sifat-sifatnya itu. Ia hanya meneladani akhlak Rasûlullâh ﷺ. Ia sendiri tidak merasa memiliki sifat tersebut, karena yang dipakai dan ditiru adalah sifat Rasûlullâh ﷺ.

Syekh Ahmad Ataillah menegaskan:

لَايُخْرِجُكَ عَنِ اْلوَصْفِ اِلَّا سُهُوْدُاْلوَصْفِ.

"Tidak ada yang dapat mengeluarkan engkau dari sifat angkuh, kecuali engkau memperhatikan sifat-sifat Allah."

Kekuasaan Allah adalah sifat yang ada pada-Nya. Dia bersifat Maha Kuasa. Selama manusia tidak memperhatikan sifat-sifat kemuliaan yang ada pada Allah, selama itu pula ia merasa lebih dari manusia lainnya, dan dengan sifat itu ia telah takabbur.

Sifat tawadhu' patut dimiliki oleh setiap muslim, karena sifat itu adalah sifat yang diteladani dari sifat utama Nabi Muhammad ﷺ. Sifat ini adalah bagian dari akhlakul mahmudah.

Nabi Muhammad ﷺ. mengingatkan, "Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mewahyukan kepadaku, agar bertawadhu'lah kalian, sehingga tak seorang pun menyombongkan dirinya kepada yang lain, atau seorang tiada menganiaya kepada yang lain." (HR. Muslim).

🙏