KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI.

اِنَّمَـا وَسِعَـكَ اْلكَوْنُ مِنْ حَيْثُ جِسْمَا نِيَّتِكَ وَلَمْ يَسَعْكَ مِنْ حَيْثُ ثُبُوْتِ رُوْحَا نِيَّتِكَ.
"Sesungguhnya alam dapat memberi kecukupan hanya dari segi jasmaniahmu, dan tidak memuaskan kamu dalam segi rohaniahmu."
Manusia dilahirkan ke dunia ini memang dalam bentuk jasmani dan rohani. Allah SWT menciptakan alam dunia ini dengan segala isinya sesuai dengan kodratnya. alam ini sudah dilengkapi oleh Allah SWT. dengan segala macam keperluan manusia. Disadari oleh manusia sendiri, bahwa jasmaniahnya memerlukan makan dan minum (pangan, sandang dan papan). Tiga kebutuhan ini primer bagi manusia. Allah Ta'ala telah menyediakan kebutuhan pokok itu untuk manusia. Tugas manusia adalah menggarap alam semesta, bumi tempat tinggalnya hingga dapat bermanfaat lahir dan batin.
Allah SWT berfirman dalam surat Luqman ayat 20,
"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan."
Isyarat Al Qur'an di atas memberi arah kepada kita, bagaimana Allah mempersiapkan bumi dan isinya untuk kesejahteraan manusia. Manusia diberi akal pikiran oleh Allah Ta'ala untuk memikirkan dan mengelola seluruh keperluannya, dan menempatkan diri manusia sebagai penguasa bumi ini.
Begitu besar nikmat jasmaniah yang disediakan Allah Ta'ala bagi manusia, namun demikian manusia dengan nikmat jasmaninya tidak memuaskan bagi kebutuhan rohaninya. Karena memang rohani manusia tidak mungkin erat dengan alam materi. Alam materi hanya mampu memperkuat alam rohani, akan tetapi tidak dapat memberi makan kepada rohani manusia. Makanan rohani tidak sama dengan makanan jasmani. Rohani manusia adalah alam kesucian yang sudah tentu memiliki tempat tersendiri. Ia terpisah dari alam materi yang kotor.
Oleh karena rohani itu tidak sejenis dengan alam jasmani ini, manusia hendaklah berpikir untuk memilih mana yang sementara dan mana abadi. Agar ia tidak bimbang dalam memilih, hendaklah manusia meminta pertimbangan agama untuk memilihnya.
Hajat jasmani manusia sudah dijelaskan sebelum ini. Sedangkan hajat rohani manusia, lman, dzikir, taqarrub, riyadah, akhlak yang meliputi hiasan rohani bagi manusia.
Hamba Allah yang arif akan memahami kepentingan positif yang dikemukakan oleh Islami tentang rohani manusia.
Allah SWT berfirman dalam surat Fatir ayat 3, "Wahai
manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan Bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan)?" Dan surat Al Hujurat ayat 7 diterangkan, "Akan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,"
Selanjutnya Syekh Ataillah menjelaskan pula:
اَلْكَـاءِنُ فى اْلكَوْنِ وَلَمْ تُفْتَعْ لَهُ مَيـَـادِيْنُ اْلغُيُوْبِ مَسْجُوْنٌ بِمُحِيْطَاتِهِ وَمَحْصُوْرٌ فى هَيْكَلِ ذَاتِهِ .
"Manusia yang ada di alam ini ada yang belum terbuka baginya alam gaib, sehingga ia terkurung oleh kesenangan badani (syahwat) dan terkungkung oleh kepentingan kerangka badannya."
Ungkapan ini lebih jelas berarti, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari pengaruh alam dan ia akan terkungkung oleh pengaruh yang menyenangkan dari alam, sebelum ia melihat Dzat yang Maha Gaib. Allah SWT. Apabila manusia telah mampu melihat (mendekati) Allah Ta'ala, tentu manusia mampu pula menundukkan alam di bawah kekuasaannya.
Apabila nurullah (cahaya iman) sudah terbuka bagi manusia, maka terbukalah isi alam ini baginya lahir maupun batin. Dari segi lahir orang beriman dengan ilmu pengetahuan yang wajib dipelajarinya mampu mengelola alam ini dan mengambil segala apa yang bermanfaat. Dari segi batin, karena dekatnya manusia dengan Allah, ia memperoleh hidayah dan Inayah Allah, alam pun akan diperintah oleh Allah agar tunduk kepada kehendak si hamba Allah yang ber-taqarrub kepada-Nya.
Dalam salah satu hadits Qudsi Allah SWT berfirman, "Hamba-hamba-Ku, konsentrasikan pikiranmu ketika menghadap kepada-Ku, sebagai balasannya tentu akan Aku cukupi seluruh kebutuhanmu. Selama Aku bersamamu, kedudukanmu tetap sebagai hamba. Dan engkau bersama-Ku, maka engkau berada dalam jarak yang sangat dekat. Mintalah kepada-Ku apa saja yang engkau harapkan."
Selanjutnya Syekh Ataillah berkata:
اَنْتَ مَعَ اْلأَكْوَانِ مَالَمْ تَشْهَدِ اْلمُكَوِّنَ فَإِذَا شَـهِـدْ تَهُ كَانَتِ اْلأَكْوَانُ مَـعَـكَ .
"Kamu tetap terikat dengan alam benda, selama kamu belum melihat Penciptanya. Jikalau kamu telah melihatnya, maka alam ini akan tunduk kepadamu."
Mengenal Allah dengan baik hingga haqqul yaqin adalah prinsip dalam iman kepada Islam, terutama bagi ahli makrifat. Manusia beriman dan hamba-hamba yang saleh, hendaklah berusaha mencapai tingkat makrifat yang tertinggi. Sebab, apabila hamba-hamba Allah telah memulai meniti perjalanan kehambaannya dari sebagai orang yang ilmul yaqin lalu 'ainul yaqin tentu dengan kesungguhan ia akan mencapai haqqul yaqin.
Akidah dan syari'ah Islam serta contoh teladan Rasûlullâh ﷺ dan para sahabat dan juga para tabi'in dan tabi'it tabi'in adalah dasar utama bagi hamba Allah yang hendak mengkhususkan dirinya dalam pendalaman makrifatullah.
Hamba Allah yang telah mencapai tingkat pengalamannya dengan Allah, ia akan berada dalam kehidupan dunia ini, akan tetapi jiwanya terbang mencapai Allah SWT. Kemakrifatannya kepada Allah membuat dirinya tidak terikat dengan dunia dan segala macam kesenangannya walaupun ia berada di dunia. Ia memanfaatkannya, akan tetapi tidak memilikinya, ia memilikinya akan tetapi tidak mencintainya. Djamaluddin Ahmad Al Buny mengungkapkan kalimat tersebut, mengadaptasikan dari ungkapan Syekh Asy Sibly dalam Hikam ini. Asy Syibly berkata, "Dalam hati orang yang makrifat kepada Allah, ia tidak terpengaruh dengan alam benda yang ada di sekitarnya. Ia tidak terlalu butuh dan terikat dengan barang duniawi walaupun ia berada di sekitar benda-benda itu."