MOHONLAH KEPADA ALLAH ENGKAU ADALAH HAMBA-NYA.

لَايَكُنْ طَلَبُكَ تَسَبُّنًـا اِلَى اْلعَطَامِنْهُ فَيَقِلَّ فَهْمُكَ عَنْهُ، وَلْيَكُنْ طَلَبُكَ لِإِظْهَارِ اْلعُبُوْدِ يَّةِ وَقِيَامَا بِحُقُوْقِ الرُّ بُوْبِيِّةِ .
"Jangan sampai permohonanmu kepada Allah hanya sebagai alat untuk mendapatkan pemberian_Nya, karena perbuatan seperti itu berarti engkau tidak memahami kedudukanmu terhadap_Nya. Bermohonlah dengan melahirkan dirimu sebagai hamba, karena kewajibanmu terhadap Tuhanmu."
Apabila manusia memahami dirinya sebagai hamba Allah, maka ia akan menempatkan dirinya benar-benar sebagai abdullah. Bukan sebagai orang yang bekerja lalu menuntut haknya Tuanya (majikannya), sebab cara seperti ini bukanlah cara antara abid dengan ma'bud, akan tetapi antara buruh dengan majikan.
Meminta kepada Allah adalah dengan kesadaran bahwasanya manusia adalah hamba Allah dan berkewajiban memperhambakan diri, tunduk dan taat kepada Allah semata. Sikap hamba seperti ini, akan menyerahkan dirinya bulat-bulat kepada Allah. Apabila ia memohon, maka permohonan itu adalah ibadahnya kepada Al Khaliq, setiap permohonan yang ia harapkan dan panjatkan, terserah kepada Allah. Jika Allah berkenan akan mengabulkannya, apabila belum berkenan akan menundanya, atau akan menganugerahkan sesuatu yang si hamba tidak mengetahuinya.
Do'a adalah suatu cara seorang hamba melahirkan isi hatinya dihadapan Allah. Karena si hamba memerlukan Allah, karena tahu akan kekurangannya dan kelemahannya. Disini si hamba menempatkan dirinya sebagai abid di hadapan ma'budnya. Si hamba datang mengadukan segala persoalannya, menuturkan ketidakmampuannya.
Abu Nasr As Saraji menuturkan bahwa ia telah menanyakan kepada para Syekh tentang orang berdo'a dengan seluruh penyerahan diri kepada_Nya, maka mereka menjawab :
تَدْ عُواللّٰهَ عَلٰى وَجْهَيْنِ اَحَدُ هُمَا تُرِيْدُ بِذٰ لِكَ تَزْ يِيْنُ الْجَوَارِحِ الظَّا هِرَةِ بِالدُّعَاءِ لِأَنَّ الدُّعَاءَ ضَرْبً مِنَ الْخِدْ مَةِ وَاْلوَجْهُ الثَّانِى اَنْ تَدْ عُوَ اِءْتِمَارًا لِمَا اَمَرَ اللّٰهُ تَعَالٰى مِنَ الدُّعَاءِ .
"Berdo'a kepada Allah ada dua maksudnya. Pertama, adalah sebagai hiasan lahiriah si hamba dengan do'a yang dikehendakinya, karena do'a adalah tanda khidmatnya hamba kepada Tuhannya. Sebab khidmat itu si hamba berkehendak agar seluruh anggota lahirnya terhias. Kedua, bahwasanya do'a itu adalah perintah Allah, dan si hamba mentaati perintah itu."
Jelas bahwasanya berdo'a itu berfaedah sebagai hubungan hamba dengan Allah semata-mata hubungan yang menunjukkan kecintaan, bukan karena si hamba menuntut sesuatu dari Allah. Hal ini dijelaskan pula oleh Abu Hasan, "Jangan sampai yang menjadi tujuan do'amu itu hanya tercapainya permintaan dan hajatmu. Sebab, apabila cara itu yang engkau lakukan, maka terhijab engkau dengan Allah. Yang benar, jadikanlah do'a-do'amu itu munajah (bisikan jiwa) antara engkau dengan Tuhanmu."
Peranan do'a dalam hubungannya hamba dengan keperluan atau hajatnya menang sangat erat, akan tetapi dapatkah do'a itu terkabul, apabila hubungan dengan Allah itu terhijab, karena kelemahan manusia sendiri?
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 45 - 46)